KAPASITAS JARINGAN TELKOM MEMADAI
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan kapasitas jaringan para penyelenggara telekomunikasi pada umumnya cukup dan memadai dalam menghadapi lonjakan trafik baik suara maupun data hingga 70 persen pada Lebaran ini.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S Dewa Broto dalam keterangan persnya di Jakarta (27/8) mengatakan, melalui monitoring kualitas layanan BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), khusus untuk wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Bagian Timur, para penyelenggara telekomunikasi masih memiliki kapasitas cukup untuk dapat menangani lonjakan trafik baik untuk suara maupun data.
"Untuk Sumatera peningkatan trafik telekomunikasi akan dimulai dari Sumatera bagian selatan hingga ke Sumatera bagian tengah dan untuk Kalimantan akan terjadi penurunan trafik dibanding hari biasa mengingat banyak pemudik yang meninggalkan Kalimantan," katanya.
Ia menambahkan, peningkatan trafik akan terjadi di bandara-bandara, sedangkan untuk KTI trafik diperkirakan akan tidak banyak mengalami peningkatan maupun penurunan tapi jaringan akses dan tulang punggung (backbone) siap menghadapi kemungkinan peningkatan trafik.
Tes jaringan
Sebelumnya, pada 15 Agustus 2011, BRTI telah menguji jaringan telekomunikasi (yang pelepasan resmi rombongannya dilakukan Menteri Kominfo Tifatul Sembiring di halaman kantor Kementerian Kominfo) dengan 4 tujuan (Jakarta ke arah Cirebon dan Pemalang; Jakarta ke arah Cileunyi, Nagrek, Garut dan Tasikmalaya; Jakarta ke arah Merak dan Bandar Lampung; serta Semarang ke arah Yogyakarta, Solo, Madium dan Surabaya).
Test itu diikuti oleh delapan penyelenggara telekomunikasi seluler (Telkomsel, XL, Indosat, Huchison CP Telecommunication, Natrindo Telepon Seluler, Mobile-8 Telecom, Sampoerna Telekomunikasi Indonesia dan Smart Telecom) serta empat penyelenggara telekomunikasi Fixed Wireless Access (Telkom, Indosat, Bakrie Telecom dan Mobile-8 Telecom).
"Untuk 4 jalur yang diuji rata-rata keberhasilan panggil dari semua penyelenggara telekomunikasi adalah di atas 96,95 persen sedangkan peraturannya menyebutkan minimal 90 persen," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata panggilan yang terputus (dropped call) maksimal 2, 06 persen (di peraturan max 5 persen); untuk panggilan terblok (blocked call) maksimal 1,87 persen dengan rata-rata blocked call sebesar 1,47 persen; rata-rata pengiriman SMS adalah 97 persen di bawah 3 menit (di peraturan minimal 75 persen terkirim di bawah 3 menit) dan bahkan beberapa operator sudah 100 persen di bawah 3 menit.
Potensi gangguan layanan yang mungkin terjadi di antaranya perubahan arah trafik dengan tradisi mudik, akan terjadi perubahan pola trafik originasi, dari kota-kota besar ke kota kecil/desa, sehingga kapasitas jaringan di kota-kota besar akan menjadi agak tidak padat, namun sebaliknya akan menjadi padat di jalur-jalur mudik dan kota-kota tujuan/desa.
"Dari sisi ketersediaan listrik menurut laporan para penyelenggara telekomunikasi bahwa untuk beberapa wilayah di luar Jawa, persoalan ketersediaan listrik menjadi kendala untuk memberikan layanan optimal, apalagi jelang Hari Raya," katanya.
Pemadaman bergilir
Menurut dia, kendala itu diakibatkan karena masih adanya pemadaman bergilir dalam waktu yang lama, sementara untuk menghidupkan generator pihak penyelenggara telekomunikasi selain agak sulit mendapatkan BBM khususnya solar, juga karena harga BBM tersebut kadang cenderung agak mahal.
Persoalan lain adalah tingkat dan titik kemacetan di mana kualitas pelayanan telekomunikasi akan dipengaruhi juga akibat kemacetan, yang selain membuat perjalanan terhambat, juga trafik akan terkonsentrasi pada BTS daerah yang macet tersebut.
Ada pun tempat-tempat yang berpotensi terjadi kemacetan dan membuat kualitas pelayanan terganggu meliputi: Tol Jakarta-Cikampek, Nagrek, Pelabuhan Merak, wilayah Jatibarang/Indramayu dan Tol Pejagan.
"Kepada Kementerian Kominfo dan BRTI, para penyelenggara telekomunikasi telah memberikan jaminan komitmen untuk memberikan layanan terbaik jelang, saat maupun sesudah Hari Idul Fitri 1432; tidak melakukan perubahan sistem yang dapat berpotensi mengganggu kualitas layanan sejak H-7 hingga H+7; menyiapkan tim yang siap sedia selama 24 jam untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang menyebabkan penurunan kualitas pelayanan; dan menyediakan posko-posko mudik di jalur mudik agar pemudik tetap dapat mendapat layanan telekomunikasi seperti membeli voucher pulsa maupun beristirahat," demikian Gatot S. Dewa Broto.(*)