Lombok Utara (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengintervensi sebanyak 18 sekolah di Kabupaten Lombok Utara lewat program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang bertujuan untuk menyosialisasikan materi keamanan pangan.
"Pada 2022, BBPOM Mataram mengintervensi 18 sekolah, terdiri atas delapan sekolah mendapatkan intervensi A dan 10 sekolah mendapatkan intervensi C," kata Kepala BBPOM Mataram I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, dalam pembukaan sosialisasi program PJAS, di Kabupaten Lombok Utara, Rabu.
Ia mengatakan aksi nasional gerakan menuju PJAS telah dicanangkan pemerintah sejak 2011 sebagai gerakan untuk meningkatkan PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi melalui peran serta aktif yang lebih terpadu dari seluruh kementerian, lembaga pemerintah, dan lintas sektor di pusat maupun daerah serta pemberdayaan komunitas sekolah.
PJAS merupakan pangan siap saji yang ditemui dan dijual di lingkungan sekolah serta secara rutin dibeli dan dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah.
Menurut Aryapatni, multipihak mulai dari sekolah, guru, dan orang tua murid berperan penting dalam mengawasi keamanan jajanan anak di lingkungan sekolah masing-masing.
Untuk itu, kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan dapat berdampak pada penurunan persentase PJAS yang TMS, peningkatan perlindungan hak anak untuk memperoleh pangan sekolah yang aman, dan informasi pangan.
"Kami juga berharap adanya perubahan perilaku siswa orang tua siswa, guru, pedagang pangan, dan pengelola kantin," ujarnya.
Secara keseluruhan, kata dia, jumlah sekolah yang diintervensi program PJAS di NTB, sejak 2011 hingga 2021 sudah mencapai 1.015 sekolah. Dari jumlah tersebut, yang sudah memperoleh Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah (PBKPKS) sebanyak 87 sekolah dan sertifikasi sekolah dengan PJAS aman sebanyak 50 sekolah.
"Untuk intervensi sekolah dengan PJAS aman di Kabupaten Lombok Utara pada pada 2011-2021 sebanyak 47 sekolah, di mana sekolah yang sudah mendapatkan PBKPKS sebanyak tiga sekolah," katanya.
Sementara itu, Bupati Lombok Utara Djohan Sjamsu mengatakan sosialisasi PJAS yang diselenggarakan oleh BBPOM Mataram didasari oleh jajan dan makanan yang ada dan diperjualbelikan di lingkungan sekolah.
Menurut dia, jajan yang diperjualbelikan di sekolah jika terlihat begitu enak, tetapi terkadang tidak diketahui apa saja kandungan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, peran para guru untuk sama-sama mengawasi jajanan yang dikonsumsi anak didiknya.
"Saya ucapkan terima kasih dan mengapresiasi atas kegiatan yang dilakukan oleh BBPOM Mataram, sehingga anak-anak kita paham dan mampu diterapkan di sekolah masing-masing," katanya.