Lombok Timur, 22/10 (ANTARA) - Sekitar 100 orang mahasiswa Universitas Gunung Rinjani (UGR) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Bersatu (GMB) menggelar aksi unjuk rasa di kampusnya, Sabtu sore.
Koordinator aksi, Risma dalam orasinya mengatakan aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa UGR saat ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa agar kampusnya menjadi maju seperti perguruan tinggi yang lainnya di Lombok Timur.
Para mahasiswa itu melakukan orasi secara bergantian di halaman kampusnya serta membakar karton, tetapi tidak menganggu aktivitas perkuliahan yang berlangsung di kampus UGR tersebut.
Orator lainnya, Adra Ashadi dalam orasinya juga mempertanyakan masalah ijin operasional Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa Inggris yang sudah empat tahun belum terakreditasi.
Sementara pada tahun 2012 pihak kampus berencana akan membuka fakultas kedokteran, padahal untuk mendapatkan ijin operasional FKIP saja membutuhkan waktu yang sangat panjang.
"Kami sebagai mahasiswa mengharapkan kepada kampus untuk segera menyelesaikan permasalahan ijin untuk FKIP Bahasa Inggris tersebut, dengan tidak mewacanakan pendirian kampus baru," tambah Andra Ashadi.
Ia menambahkan, mahasiswa juga menuntut fasilitas dilengkapi seperti ruangan perkuliahan, perpustakaan sampai pada persoalan dosen yang seringkali tidak masuk.
"Ini merugikan mahasiswa, terlebih lagi pihak kampus sudah menaikkan harga SPP dari Rp450.000 menjadi Rp600.000, termasuk menaikkan harga Sistem Kredit Semester (SKS) dari Rp 7.500 menjadi Rp 15.000 per SKS," ujarnya.
Belum lagi masalah dosen yang mengajar di UGR masih setara S1 yang dinilai sudah tidak layak lagi untuk mengabdi di kampus UGR, karena kampus seharusnya lebih memprioritaskan dosen bergelar S2.
"Kalau apa yang menjadi aspirasi kami tidak mendapatkan respon dari pihak kampus, maka jangan salahkan mahasiswa kalau akan melakukan penyegelan kampus UGR," kata Andra Ashadi, mahasiswa fakultas hukum UGR.
Sementara di tempat terpisah Pembantu Rektor UGR Bidang Akademik, Abdul Magrib saat dikonfirmasi mengatakan pihak kampus akan mempelajari apa yang menjadi tuntutan mahasiswa.
"Yang jelas kalau ada yang masih kurang tentunya akan dilakukan pembenahan sesuai dengan kemampuan yang ada, sehingga kegiatan perkuliah berjalan sesuai yang diharapkan bersama," kata Abdul Magrib.
Setelah puas menyampaikan aspirasinya mereka membubarkan diri dengan tertib dan berjanji akan melakukan aksi lagi sampai tuntutan mahasiswa di respon pihak kampus. (*)