Mataram (ANTARA) - Sekitar 100 santri dan santriwati dari pelbagai pesantren di Lombok Barat, mengikuti acara kemah atau "Santripreneur Camp" di Wisata Alam Gunung Jae, Desa Sendau, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis (7/7) 2022.
Kegiatan pelatihan wirausaha khusus santri ini diselenggarakan selama dua hari oleh Yayasan Santripreneur Indonesia. Pendiri dan pembina Santripreneur Indonesia, KH Ahmad Sugeng Utomo mengatakan kegiatan Santripreneur Camp ini dilaksanakan secara rutin di berbagai daerah di Indonesia.
Tujuannya adalah untuk memberikan pelatihan kewirausahaan kepada santri di Indonesia. “Selama ini masyarakat menganggap bahwa santri hanya mahir mengaji dan berceramah agama. Padahal, santri juga memiliki potensi yang tak kalah bagusnya untuk menjadi pengusaha. Justru pengusaha santri memiliki nilai plus karena mereka berbisnis tidak semata-mata mencari keuntungan finansial,” kata KH Ahmad Sugeng Utomo yang disapa Gus Ut itu.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTB H Haidy Furqon, Kadis Perizinan Lombok Barat H Ahmad Subandi, Kepala Desa Sedau Amir Syarifuddin, Wadek 1 FEBI UIN Mataram Dr Baiq El Badriati MEI, dan Dekan FDIK UIN Mataram Dr Muhammad Saleh Ending MA.
Selain itu juga Guru Besar Ilmu Keislaman UIN Mataram Prof Dr H Ahmad Amir Aziz M Ag, dan jajarannya. Menurut Gus Ut, wirausahawan santri memiliki nilai plus dibanding pengusaha pada umumnya. Para santri tidak akan meninggalkan prinsip ekonomi Islam dalam praktik usahanya. “Sebagai santri, berbisnis itu tidak hanya bertujuan mengakumulasi kapital, tapi juga ibadah dan dakwah. Di sini nilai plusnya,” katanya.
Baca juga: Kabupaten Bima juara umum MTQ tingkat Provinsi NTB
Ia menambahkan dengan banyaknya santri yang menjadi pengusaha, akan dapat menjadikan kalangan santri mandiri secara ekonomi. Sehingga akan menjadi modal penting bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Penyelenggaraan Santripreneur Camp ini mengakomodasi para santri dan pemuda di seluruh Indonesia. Para peserta adalah hasil seleksi dari sejumlah santri dan santriwati yang mendaftar di Lombok. Juga utusan dari sejumlah pondok pesantren.
Ia menjelaskan Santripreneur Camp ini rata-rata diikuti oleh santri yang sedang belajar atau sudah lulus dari pondok pesantren dengan usia 17 - 27 tahun. Selain di Lombok Barat, Santripreneur Camp ini juga telah dilaksanakan di sejumlah kota, antara lain Salatiga, Yogyakarta, Sumedang, Malang, Semarang, Medan, Makassar, Mojokerto, Bogor, Tuban, dan Aceh.
Baca juga: BI-TPID Lombok Barat gelar pasar murah jelang Idul Adha
"Kami berkomitmen, dalam beberapa tahun mendatang, Santripreneur akan mampu mendukung program pemerintah dalam mewujudkan peningkatan jumlah entrepreneur di Indonesia," katanya.
Pihaknya berharap, santri yang berjumlah jutaan di Indonesia ini nantinya menjadi santri yang produktif, kreatif. Sehingga mampu membuka lapangan usaha bagi dirinya dan orang lain, serta mampu menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi di Indonesia.
"Kegiatan santripreneur ada banyak bidang. Perkemahan ini merupakan bagian dari pendidikan dan menumbuhkan motivasi. Para peserta diberi materi tentang kewirausahaan dan lainnya oleh pemateri dari praktisi yang berkompeten di bidangnya," demikian Ahmad Sugeng Utomo.