Pemuda Bali jangan terjebak tradisi bekerja di kantor

id reses pastika,digital marketing ,pemasaran UMKM

Pemuda Bali jangan terjebak tradisi bekerja di kantor

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali Made Mangku Pastika saat berbincang dengan generasi milenial yang tergabung dalam Reaktan di Denpasar, Rabu (20/7/2022). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali Made Mangku Pastika mendorong generasi muda di Pulau Dewata jangan terjebak pada tradisi harus bekerja di kantor dengan memakai seragam untuk mendapatkan penghasilan.

"Karena sekarang dan ke depan kondisinya memang sudah berubah dengan kemajuan teknologi informasi," kata Pastika saat kegiatan reses bertemu dengan kelompok anak muda yang tergabung dalam Reaktan di Denpasar, Rabu.

Dalam reses bertajuk "Membangun Semangat Entrepreneurship di Kalangan Generasi Muda" itu, Pastika mengaku kagum dengan semangat anak muda saat ini yang tertarik menciptakan lapangan kerja sendiri.

"Saya ingin melihat anak-anak muda tidak terjebak pada tradisi yang harus kerja di kantoran, pakai seragam dan jas. Sebab ke depannya kondisinya berubah. Namun tentunya apa yang dilakukan agar tak terjadi benturan budaya," ucapnya.

Baca juga: Warga Bima harapkan Sultan Muhammad Salahuddin jadi Pahlawan Nasional

Mantan Gubernur Bali dua periode itu tidak memungkiri, saat ini masih ada pandangan dari para orang tua ketika anaknya belum bekerja di kantor dan tidak menggunakan seragam, dianggap belum bekerja. Bahkan, kata Pastika, ada orang tua yang rela memberikan "sogokan" hingga puluhan juta rupiah agar anaknya diterima menjadi tenaga kontrak di instansi pemerintah daerah.

Oleh karena itu, ia merasa kagum dengan anak-anak muda yang tergabung dalam Reaktan , yang sejak 2019 bergelut sebagai agen pemasaran digital bagi sejumlah UMKM di Provinsi Bali dan juga luar Bali. Mereka bisa bekerja dari mana saja dan tanpa harus menggunakan seragam resmi.

"Mereka ini harus diberi ruang. Kita apresiasi dan dukung mereka ini karena sudah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dan menjalaninya dengan happy (senang). Jadi yang penting kerjanya happy. Jangan terus bekerja keras, tetapi akhirnya mati," ucapnya.

Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu menambahkan, kendala permodalan juga kerap masih menjadi tantangan generasi muda untuk berkreasi. Selain juga benturan budaya untuk mengubah pola pikir para orang tua bahwa dengan tidak bekerja kantoran juga memberikan hasil yang menjanjikan.

Baca juga: Wagub NTB menegaskan kesiapan pilkada menggunakan protokol kesehatan

Sementara Anggi Aruna selaku Bussiness Development Reaktan menceritakan usaha ini mulai dirintis 2019 dan arahnya digital marketing. Reaktan yang beranggotakan 14 orang dari berbagai disiplin ilmu, saat ini telah menjalin kerja sama dengan 30 UMKM di Bali dan luar Bali.

Anggi menambahkan, Reaktan bergerak sebagai agen pemasaran secara digital dengan kegiatan membantu UMKM untuk membangun "brand", membuat konten, desain iklan hingga melakukan promosi melalui berbagai kanal sosial media.

"Dari survei, para pelanggan mengaku penjualan meningkat dan mereka juga semakin terbuka ide-ide marketingnya. Mereka pun bisa lebih fokus melakukan pengembangan usahanya," ungkap Anggi yang merasa bangga dikunjungi mantan orang nomor satu di Bali ini.

Reaktan saat ini selain membantu pelaku usaha ritel, food and beverage (cafe, restoran), klinik kesehatan dan juga personal brand. "Pandemi COVID-19 juga telah menyebabkan peluang usaha ini menjadi lebih terbuka karena semakin banyak pelaku usaha yang memandang pemasaran secara digital sangat penting," kata Anggi.