BI kaji rantai komoditas pertanian pembentuk PDRB NTB

id Bank Indonesia,Provinsi NTB,Komoditas Pertanian

BI kaji rantai komoditas pertanian pembentuk PDRB NTB

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, Heru Saptaji. (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Bank Indonesia bersama tim CEDS Universitas Padjajaran (Unpad) mengkaji rantai nilai komoditas pertanian yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Identifikasi itu juga bertujuan untuk perbaikan rantai pasok mulai dari proses produksi hingga pada tingkat konsumen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Heru Saptaji, melalui keterangan resmi di Mataram, Kamis.

Ia menyebutkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi andalan di NTB, dengan kontribusi terhadap PDRB yang terbesar  23,19 persen.

Namun dari sisi ketahanan dan keterjangkauan pangan, meski sebagai daerah produsen, komoditas-komoditas pangan di NTB ternyata masih menjadi kontributor besar dalam kenaikan harga atau masih perlu pengembangan, terutama dari sisi skala ekspor.

Heru menambahkan komoditas yang diteliti sebanyak 11 jenis yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu komoditas pembentuk inflasi, komoditas pendorong pertumbuhan ekonomi, dan komoditas unggulan ekspor.

Rekomendasi umum sebagai hasil dari kajian tersebut adalah terus dilaksanakannya operasi pasar untuk komoditas beras dan telur ayam di saat harga meningkat. Selain itu, koordinasi terkait distribusi bawang merah serta dilakukan kampanye dan edukasi praktik urban farming untuk cabai merah.

Untuk jangka menengah dapat dilakukan dengan penyusunan neraca pangan, pembentukan lembaga yang berperan sebagai food hub, inisiasi pembangunan industri pengolahan pakan ternak lokal, dan ekstensifikasi atau pembentukan sentra khusus jagung yang tidak memanfaatkan lahan sawah padi.

"Tidak kalah penting pengembangan komoditas ekspor yang telah diukur prioritasnya mulai dari yang paling tinggi yaitu komoditas kopi robusta, rumput laut sargassum, vanili organik, mutiara, rumput laut katoni, sarang burung walet dan lobster," ucap Heru.

Heru mengatakan hasil kajian tersebut sudah dipaparkan dalam diseminasi laporan perekonomian provinsi yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, seperti unsur Pemprov NTB, akademisi dari sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta.

Dalam kesempatan itu Ketua Badan Supervisi BI  M Edhie Purnawan menjadi pemateri terkait kondisi inflasi dan harga komoditas global yang masih relatif tinggi saat ini. Namun demikian, ekonomi Indonesia terus meningkat dan relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain.

Hadir juga sebagai pemateri Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTB H Iswandi dan dua orang peneliti dari Universitas Padjajaran, yakni Teguh Santoso, dan Eddy Renaldi.

Dengan pemaparan dari para narasumber yang beragam dan bermanfaat, acara diseminasi tersebut diharapkan dapat menjadi sarana menebar rasa optimis dan membangun persepsi positif kepada semua pihak, sehingga kolaborasi dan kerja sama terus terjaga dalam mendukung pemulihan ekonomi, serta mencapai pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan pasca pandemi COVID-19.