KELUARGA TANGGUH PENENTU KUALITAS BANGSA Oleh Wuryanti Puspitasari

id

     Puncak peringatan Hari Keluarga XIX Tingkat Nasional 2012 di Eks-Bandara Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, baru saja digelar.

     Gebyar seremoni penuh warna-warni yang dihadiri Wakil Presiden Boediono dan sejumlah petinggi tentu mengandung banyak mimpi.

     Tidak ada mimpi yang lebih besar selain ingin mewujudkan bangsa yang tangguh melalui peningkatan peran dan kualitas keluarga.

     Tema hari keluarga yang dipilih untuk tahun ini adalah "Dengan Semangat Hari Keluarga Kita Bangkitkan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional" dan dilengkapi motto: "Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Keluarga Tangguh dan Mandiri".

     Wakil Presiden Boediono mengatakan, peringatan hari keluarga didasarkan pada kenyataan bahwa keluarga memiliki posisi yang sangat strategis dalam membangun bangsa.

      Keluarga adalah penentu kualitas bangsa dan keluarga yang sehat dan  sejahtera adalah prasyarat bagi bangsa yang sehat dan sejahtera karena keluarga yang cerdas adalah landasan dari bangsa yang cerdas.

      "Dari keluarga-keluarga seperti itulah akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang handal. Di dalam keluarga kita membentuk dasar-dasar karakter manusia terutama karakter dan kepribadian anak-anak kita, generasi penerus bangsa, penerima estafet kepemimpinan bangsa," katanya.

      Dia juga menambahkan, di dalam keluarga dibangun kualitas manusia dalam arti yang utuh, yaitu mencakup segi kesehatan, pendidikan, keterampilan, sikap, karakter, dan lain-lain.

     "Di semua segi ini, keluarga mempunyai peran sentral dalam pembentukannya karena kita semua mendapatkan landasan dasar pendidikan, kesehatan, karakter, kasih sayang, rasa tentram, rasa saling memiliki, semua dari keluarga kita masing-masing. Kualitas manusia memang ditentukan oleh kualitas keluarga," katanya.

     Wapres juga mengatakan, suatu bangsa sebenarnya adalah kumpulan dari keluarga-keluarga.

     "Dan satu hal penting yang perlu kita ingat adalah bahwa simpul syaraf sentral dalam keluarga umumnya adalah ibu. Ibu memegang. peranan yang luar biasa dalam menentukan kesejahteraan dan kekuatan sebuah keluarga," katanya.

     Menurut Boediono, perempuan yang berpendidikan dan sehat, akan memiliki keturunan yang pandai dan sehat pula.

     Itulah alasan pemerintah memberdayakan perempuan sebagai titik sentral pembangunan keluarga karena dinilai sebagai strategi yang tepat dan dapat diandalkan.

     Dia juga menjelaskan, banyak program kesejahteraan rakyat yang  saat ini dilaksanakan Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah, yang bermuara pada keluarga.

     "Program-program pengentasan kemiskinan,program-program dibidang kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana,  hampir semuanya mengambil unit keluarga sebagai sasaran utamanya. Dan sebagian besar memanfaatkan peran perempuan sebagai penggeraknya di masyarakat dan sebagai penjurunya di dalam masing-masing keluarga," katanya.

     Menurut Boediono, peran perempuan dalam program-program kesejahteraan rakyat sangat dominan baik di posyandu dan pendidikan anak usia dini.

     Selain itu, perempuan juga banyak berperan sentral sebagai bidan-bidan desa, sebagai penyuluh dan pemberi pelayanan Keluarga Berencana, penggerak PKK, bahkan sebagai ibu dimasing-masing keluarga.

     Untuk menindak lanjuti hal tersebut maka program-program kesejahteraan keluarga yang dilaksanakan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah harus terus diperbaiki dan ditingkatkan.

     Perbaikan itu harus dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaannya di lapangan melalui kerja keras dan cerdas.

     Wapres berharap, seluruh komponen pelaku dan pelaksana program agar saling bersinergi, makin memadukan langkah dalam perencanaan, mulai dari menentukan siapa yang akan memperoleh program atau bantuan, sampai dengan bagaimana mengawal pelaksanaannya di lapangan.

     "Program khusus atau program unggulan inisiatif daerah akan makin besar manfaatnya bila diserasikan perencanaannya sampai pelaksanaannya dengan program-program baku Pemerintah Pusat yang ada dengan cara menggunakan data dasar yang sama," katanya.

     Menurut dia, bila langkah kecil menuju sinergi program itu dapat kita laksanakan maka dengan biaya yang sama manfaatnya akan berlipat ganda.

     "Dengan demikian, ke depan, kita dapat lebih cepat mewujudkan keluarga-keluarga Indonesia yang tangguh dan pada gilirannya lebih cepat mewujudkan bangsa dan negara yang tangguh pula," katanya.

Milik keluarga Indonesia

     Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan hari keluarga adalah milik keluarga Indonesia. 

     Dia mengharapkan momentum Hari Keluarga dapat membuka nurani keluarga dan masyarakat Indonesia untuk lebih memberikan perhatian terhadap peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga dalam suasana komunikasi dan interaksi yang harmonis untuk memberikan ketahanan keluarga yang lebih baik.

     "Untuk itu perlu diwujudkan budaya komunikasi yang lebih terbuka diantara anggota keluarga itu sendiri maupun dengan masyarakat di lingkungannya. Dengan keluarga kecil hal tersebut akan lebih mudah dilakukan sehingga cita-cita untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera bukan sebuah impian, namun dapat menjadi kenyataan," katanya.

     Dia juga menambahkan, potret keluarga ideal dapat melaksanakan delapan fungsi Keluarga yaitu agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi serta fungsi pemelihraan lingkungan.

     "Fungsi keluarga ini merupakan cermin kekuatan masyarakat, bangsa dan negara yang utuh dan bersatu," katanya.

     Dia juga mengatakan, keluarga yang sejahtera dan saling menghormati baik sesama anggota keluarga itu sendiri maupun antara keluarga yang satu dengan yang lain dapat melahirkan masyarakat yang berkepribadian dan bermoral tinggi.

     Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sugiri Syarief menambahkan bahwa jika ditelisik lebih jauh, peringatan Hari Keluarga bagi Bangsa Indonesia sebenarnya bukan sekedar seremonial saja.    

     Hari keluarga diharapkan dapat menjadi  ajang berkumpul para keluarga dan dapat menjadi momentum bagi para keluarga Indonesia untuk tetap melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) dengan dua anak lebih baik.

     Sugiri menjelaskan, program KB yang baik bisa bermuara pada peningkatan kualitas keluarga pada khususnya dan penduduk Indonesia pada umumnya.

     Menurut dia, keluarga dengan jumlah anak yang sedikit akan bisa lebih fokus dalam memperhatikan pendidikan, kesehatan dan berbagai aspek lain yang dibutuhkan untuk melahirkan generasi berkualitas.

     "Secara nasional jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah hanya akan menjadi beban pembangunan," katanya.

     Dia menjelaskan, hasil sensus penduduk  tahun  2010  menunjukkan jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa, dengan rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,49 per tahun.

     "Dari sisi jumlah dan LPP lebih tinggi dari proyeksi pemerintah," katanya.

     Jika pertumbuhan penduduk tetap 1,49 persen maka tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 450 juta jiwa.

     "Kalau dirata-rata pertahun maka pertumbuhan penduduk Indonesia secara kuantitas tumbuh 3,5 hingga empat juta pertahun," katanya.

     Menurut dia, dengan data dan kondisi tersebut membawa dampak dan pengaruh terhadap seluruh aspek pembangunan nasional.

     Di satu sisi jumlah anak yang banyak akan menurunkan kemampuan investasi sumber daya manusia (SDM) dalam keluarga. (W004)