Atasi pencemaran melalui program restorasi kali

id pencemaran air, pencemaran lingkungan

Atasi pencemaran melalui program restorasi kali

Seorang perempuan mencuci pakaian ditemani sejumlah bocah yang mandi disaluran irigasi sawah di Desa Gegutu, Kecamatan Lingsar, Gerung, Lombok Barat, NTB

Kebiasaan sebagian masyarakat yang membuang sampah dan buang besar di kali itu mengakibatkan terjadi pencemaran. Berdasarkan hasil pemantauan dan pengujian kualitas air menunjukkan bahwa sejumlah kali di Pulau Lombok sudah tercemar
Mataram, (Antara Mataram) - Kondisi sejumlah kali di Provinsi Nusa Tenggara Barat kini semakin memprihatinkan. Saat ini kali sudah berubah fungsi sebagai "bak sampah". Bahkan menjadi "jamban" tempat buang air besar.

Kebiasaan sebagian masyarakat yang membuang sampah dan buang besar di kali itu mengakibatkan terjadi pencemaran. Berdasarkan hasil pemantauan dan pengujian kualitas air menunjukkan bahwa sejumlah kali di Pulau Lombok sudah tercemar. Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan Pulau Sumbawa.

Ironisnya air kali yang sudah tercemar itu masih dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan mandi cuci kakus atau "MCK". Mereka tidak memahami bahwa air kali yang sudah tercemar itu akan menimbulkan berbagai penyakit.

Hasil pemantauan dan pengujian kualitas air sungai yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian Provinsi Nusa Tenggara Barat pada 2012 menunjukkan tingkat pencemaran hampir seluruh sungai di daerah ini memprihatinkan.

Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) Provinsi NTB H Syamsul Hidayat Dilaga mengatakan pada 2012 pihaknya melakukan pemantauan dan pengujian kualitas air di sejumlah sungai yang berada di lintas kabupaten/kota di daerah ini.

Tahun 2012 BLHP melakukan pemantauan dan pengujian kualitas air kali kelas II di Pulau Lombok, yakni di Kali Meninting, Ancar, Babak, Jangkuk dan Kali Dodokan. Pada pemantauan tersebut kita melakukan lima kali pengambilan sampel.

Di kali Jangkuk yang membelah kota Mataram, yang cukup menonjol untuk parameter di atas nilai baku mutu adalah indikator bahan-bahan organik yang ada di sungai adalah, indikator bahan kimia, biologi dan indikator kandungan Eschericia coli (E-coli).

"Kondisi ini tidak jauh dengan sungai-sungai lain di Pulau Lombok maupun di Pulau Sumbawa untuk indikator di atas nila baku mutu Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Deman (COD) dan kandungan bakteri E-coli.

Menurut dia, untuk Kali Jangkuk dari indikator BOD rata-rata di atas 10 miligram (mg) per liter, sementara baku mutu 3 mg per liter dan untuk COD mencapai 50 hingga 70 mg per liter dari nilai baku mutu 25 mg per liter.

Menurut dia, yang cukup tinggi adalah indikator E-coli yang mencapai di atas 10.000 per most probable number (mpn) dari standar baku mutu 1000 mpn per liter dan total coliform mencapai 15.000 mpn

per liter.

Ia mengatakan, permasalahan yang muncul berkaitan dengan sumberdaya air adalah penurunan kualitas air pada beberapa sungai dan sumur, secara fisik (parameter pH, jumlah zat padat terlarut (TDS) dan daya hantar listrik (DHL)) sungai-sungai dan sumur yang ada di Provinsi NTB memang masih dalam kondisi normal.

Namun, katanya, secara kimia dan biologi, bebertapa sungai dan sumur terindikasi pencemaran berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air sebagaimana diatur dalam PP No. 82/2001.

Menurut dia, parameter kimia yang terindikasi sebagai bahan pencemar adalah amonium (NH4), pospat (PO4), detergen (MBAS), logam larut Mangan (Mn), Nitrit ((NO2), Flourida (F) dan Besi (Fe).

Sejumlah kali NTB yang terindikasi pencemaran adalah sungai Pagesangan di Kota Mataram. Pencemaran kimia di sungai ini telah melampuai baku mutu air kelas II untuk kadar poapat, detergen, nitrit. BOD yang terukur disungai ini cukup tinggi berturut-turut 0,24-0,26 mg per liter, 0.04-0,82 mg per liter, 0,1 mg per liter dan 3,1-5,6 per liter.

Selain itu, Sungai Meninting (Lombok Barat) yang terindikasi pencemaran detergen dengan kadar 0,08 -0,12 mg per lieter, kadar BOD sebesar 5,9 mg per liter dan sungai ini juga tercemar bakteri e-col.

Sementara Kali Manhal di Lombok Tengah telah melampaui baku mutu kualitas air kelas II untuk papameter pospat, detergen dan BOD dengan nilai berturut-turut 0,32 mg per liter, 0.05-0,011 mg per liter dan 3,8-7,9 mg per liter.

"Seharusnya sungai ini seharusnya kita pelihara dan lindungi agar tidak tercemar, namun karena ketidaktahuan atau memang perilaku membuang limbah di sembarang tempat belum bisa dihilangkan hingga sekarang ini," katanya.

Terjadinya pencemaran sungai tersebut, antara lain karena sebagian masyarakat masih membuang sampah dan buang air besar di sungai. Mereka menganggap sungai sebagai "bak sampah", tanpa memikirkan kebersihan sungai.

Hampir semua sungai di NTB tercemar bakteri E-coli karena di sungai bagian tengah dan hilir, masyarakat buang air besar dan membuang limbah rumah tangga di sungai, sehingga air sungai tidak bisa dikonsumsi.

"Sebagian kondisi sungai di NTB tidak layak dipergunakan manusia untuk keperluan sehari-hari, karena tingkat pencemarannya cukup tinggi, melebihi ambang baku mutu," ujarnya.

Dia mengatakan, air sungai yang tercemar bakteri E-coli tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, karena bisa mengakibatkan berbagai penyakit terutama diare dan kolera. Air sungai hanya bisa digunakan untuk keperluan irigasi.

Secara kimia dan biologi, katanya, beberapa sungai terindikasi pencemaran berdasarkan kriteria baku mutu kualitas air sebagaimana diatur dalam PP No. 82/2001.

"Karena itu kita akan terus berupaya melakukan sosialisasi guna meningkatkan pemahaman masyarakat akan arti pentingnya menjaga dan memelihara kebersihan sungai dengan tidak membuang limbah sembarangan," kata Syamsul.


Restorasi kali

Dalam upaya mencegah semakin meningkatnya pencemaran sungai Pemerintah Kota Mataram menginisiasi program restorasi sungai dengan melakukan pembersihan sungai dan saluran air secara berkala.

Dalaim kaitan itu khusus di Kota Mataram yang dinilai paling tinggi tingkat pencemaran kali bekerja sama dengan Universitas Mataram, (Unram) melakukan penataan sempadan sungai agar tidak terlihat sebagai kawasan kumuh dan melaksanakan program restorasi kali bersih.

"Adanya upaya serius dari pihak kampus untuk turut menyukseskan program pemerintah akan mempercepat proses pembangunan, terutama dalam menangani masalah lingkungan," kata Ahyar Abduh.

Terkait restorasi kali bersih yang diawali dengan merevitalisasi Kali Jangkuk sepanjang satu kilometer, pihaknya siap mendukung dari sisi anggaran untuk pembangunan infrastruktur.

Kali Jangkuk adalah salah satu daerah aliran sungai (DAS) yang panjangnya sekitar 86 kilometer, mulai dari kawasan Gunung Rinjani di bagian hulu hingga hingga Kota Mataram.

Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh berharap dengan adanya kerja sama itu pihak kampus dapat melakukan kajian akademis terkait kualitas lingkungan terutama kualitas air kali yang cenderung menurun.

Selain itu, kalangan akademisi juga diharapkan mendukung dari sisi nonfisik lainnya, seperti turut serta membentuk kelompok pengelola dan memberikan pelatihan kepada kelompok yang akan mengelola kawasan di sempadan kali maupun di kali itu sendiri.

Deputi II Bidang Perlindungan Pencemaran Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup Drs Karliansyah MSi menilai terobosan yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram bekerja sama dengan Unram merupakan yang pertama di Indonesia dalam melakukan penataan lingkungan kali.

Upaya pelestarian dan penataan lingkungan, terutama di daerah aliran sungai, didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

"Upaya restorasi kali bersih yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram merupakan langkah nyata dalam upaya peningkatan kualitas air sungai yang juga dapat ditingkatkan menjadi pemanfaatan kawasan sungai berbasis ekonomi kerakyatan," katanya.

Tidak ada mengembalikan kondisi kali menjadi lebih baik, ikhtiar lain yang dilakukn Pemkot Mataram adalah membersihkan sampah di kali, drainase dan saluran irigasi. Pembersihan sampah yang dibuang ke sungai dan drainase cukup besar, terutama untuk membayar honor ratusan petugas yang dikserahkan setiap hari.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Mataram H Mutawalli di mengatakan selama ini bantaran sungai yang ada di daerah ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti membangun rumah, bahkan menjadikan sungai sebagai bak sampah.

"Kondisi ini mengakibatkan terjadinya degradasi atau penurunan kemampuan sungai untuk mendukung berbagai fungsi. Karena itu kami melaksanakan program restorasi sungai, yakni mengembalikan fungsi alami yang telah terdegradasi oleh intervensi manusia," katanya.

Restorasi sungai adalah perubahan paradigma dalam ilmu rekayasa sungai (river engineering) yaitu perubahan dari pola penyelesaian berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial menjadi penyelesaian terintegrasi aspek hidraulik, fisik, ekologi, dan sosial

Gerakan "Lisan"

Terlepas dari berbagai persoalan yang sekaligus menjadi kendala dalam menciptakan kebersihan dan keindahan Kota Mataram, muncul suatu gerakan menuju Lingkungan Sampah Nol atau "Lisan" yang diinisiasi Kecamatan Selaparang

"Saya mengapresiasi inisiasi Kecamatan Selaparang yang telah mampu melahirkan ide jitu untuk mengatasi persoalan persampahan melalui gerakan Lisan sehingga menjadi perhatian pemerintah pusat. Karena itu mari kita dukung dan sukseskan program tersebut," Wali Kota Mataram Ahyar Abduh.

Camat Selaparang M Saleh mengatakan gerakan menuju Lisan itu sudah berjalan sejak setahun yang lalu di Kecamatan Selaparang.

Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini dilakukan dengan membentuk 20 kelompok kerja (Pokja) di sembilan kelurahan dan 33 Pokja di sekolah dasar (SD). Dalam penanganan sampah melalui program ini Pokja memilah dan memisahkan antara sampah organik dan anorganik.

Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan anorganik dipisahkan menjadi sampah yang laku dijual dan tidak laku dijual. Untuk sampah yang tidak laku dijual Pokja mengolahnya menjadi bahan kerajinan dan yang laku dijual akan dikirim ke Jember, Jawa Timur.

"Melalui Gerakan Lisan ini, sampah tidak lagi menjadi persoalan. Kita bisa mengubah tumpukan sampah menjadi uang dan ini akan memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat yang tergabung dalam kelompok kerja tersbut. Karena itu kita akan mengembangkan program tersebut di kecamatan lain di Kota Mataram," kata Ahyar.

Ikhtiar lain yang ditempuh Pemerintah Kota Mataram dalam mengatasi problem persamapahan ini adalah dengan mengaktifkan kembali "bank sampah".

Pemerintah Kota Mataram berencana mengaktifkan bank sampah agar bisa menjadi solusi permasalahan sampah di kota ini yang mencapai 36.300 kubik per bulan.

Dalam sehari, sampah di Kota Mataram mencapai 1.210 meter kubik, sehingga kalau sebulan akan terkumpul 36.300 kubik. Padahal per harinya baru bisa diangkut sekitar 900 meter kubik. Karena itu untuk mengatasiya adalah melalui program Bank Sampah. Tahun depan mudah-mudahan program ini terealisir.

"Keberadaan bank sampah diharapkan bisa menjadikan Mataram sebagai sebagai kota yang bersih dari sampah. Karena itu program ini akan disosialisasikan kepada masyarakat bagaimana menabung sampah dan menilai ekonomis," katanya.

Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkot Mataram selama ini nampaknya mulai membuahkan hasil. Kesadaran masyarakat di kota dengan moto "Mataram Maju dan Religius" terhadap pentingnya kebersihan lingkungan mulai meningkat.

Peningkatan itu boleh jadi ada hubungannya dengan ketentuan setempat, bahwa warga yang terbukti buang air besar sembarangan (BABS) akan dipermalukan dengan cara mengumumkan namanya melalui alat pengeras suara di masjid.

Bahkan ada kelurahan yang memberlakuan "awig-awig" (aturan adat) yang mengatur larangan buang hajat di sembarangan, dengan denda Rp5.000 bagi warga yang terbukti buang hajat di kali maupun di kebun. Ini murni gerakan masyarakat dalam rangka mengurangi kebiasaan buang air di sembarang tempat.

Awig-awig yang terkesan unik itu diberlakukan warga masyarakat di Keluarahan Sayang-sayang, Kecamatan Cakranegara. Nama warga yang terbukti buang hajat sembarangan akan diumumkan melalui pengeras suara di masjid.

Ikhtiar untuk meningikatkan kesadaran masyarkat akan arti penting kebersihan lingkungan itu agaknya tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh waktu lama dan perjuangan panjang.