Dolar AS jatuh, pedagang cerna prospek China

id kurs dolar,indeks dolar,prospek China,klaim pengangguran,Covid China

Dolar AS jatuh, pedagang cerna prospek China

Petugas jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas menghitung pecahan 100 dolar AS di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS melemah dan menyentuh Rp 13.747 per Dolar AS. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/pri.

New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor gelisah pada akhir tahun saat optimisme awal atas pembukaan kembali China gagal dan pasar mencerna data klaim pengangguran AS.

Pasar mempertimbangkan dampak pelonggaran cepat China atas aturan ketat COVID-19 dengan lonjakan infeksi baru. "China adalah salah satu kunci menurut saya hingga 2023 dan apa yang terjadi pada ekonomi global," kata Chris Gaffney, Presiden Pasar Dunia di TIAA Bank.

Menyusul pencabutan aturan karantina China untuk pelancong yang masuk mulai 8 Januari, Amerika Serikat, Jepang, India, dan negara lain mengatakan mereka akan mewajibkan tes COVID untuk pelancong dari China.

"Jika mereka dapat bangkit kembali dari pelambatan dramatis yang telah kita lihat, itu membantu pertumbuhan keseluruhan pada skala global, tetapi di sisi lain, itu juga dapat menyebabkan permintaan energi yang lebih tinggi dan lebih banyak permintaan berarti harga yang lebih tinggi," kata Gaffney.

Setelah mencapai tertinggi satu minggu terhadap yen pada Rabu (28/12), yang melihat dolar AS menyentuh 134,40, greenback mencapai sesi terendah terhadap yen pada Kamis (29/12). Dolar AS terakhir turun 1,1 persen terhadap yen menjadi 133,005.

Dolar AS juga jatuh terhadap franc Swiss ke level 0,9208, level terendah sejak 31 Maret. Terakhir turun 0,71 persen terhadap franc Swiss di 0,922. Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS turun 0,479 persen menjadi 103,840, setelah naik 0,18 persen di sesi sebelumnya.

Penurunan itu mungkin merupakan reaksi terhadap angka baru klaim pengangguran AS pada Kamis (29/12), kata Steve Englander, Kepala Penelitian Valas G10 di Standard Chartered Departemen Tenaga Kerja menemukan bahwa jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu pertama bantuan naik menjadi 1,710 juta pada pekan yang berakhir 17 Desember. Yang disebut klaim berkelanjutan, proksi untuk perekrutan, telah naik lebih tinggi sejak awal Oktober. "Secara historis, ketika Anda memiliki laju peningkatan klaim berkelanjutan, itu merupakan sinyal awal dari penurunan," kata Steve Englander.

Baca juga: Emas menguat 12,40 dolar AS, setelah anjlok sesi sebelumnya

Tetapi para analis memperingatkan agar tidak terlalu banyak membaca pergerakan harga di tengah volume perdagangan yang rendah karena pasar memasuki tahun baru. "Ini akhir tahun dan ada masalah likuiditas dan sebagainya, jadi pasar mungkin bereaksi lebih banyak terhadap data yang masuk daripada keadaan likuiditas normal," kata Englander.

Investor kemungkinan besar bersemangat untuk mendapatkan informasi baru yang akan hadir di tahun 2023, kata Craig Erlam, analis pasar di platform mata uang Oanda. "Kami tampaknya berada dalam mode melayang, menunggu pergantian tahun ketika para pedagang kembali dan kami bisa mendapatkan pemikiran terbaru dari pembuat kebijakan serta data terbaru," katanya.

Sterling naik 0,42 persen terhadap dolar AS menjadi 1,207 setelah tergelincir 0,11 persen pada hari sebelumnya. Aussie naik 0,70 persen versus greenback di 0,678 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,68 persen menjadi 0,635 dolar AS.

Baca juga: Dolar AS tergelincir di tengah data pekerjaan Amerika Serikat