Kemensos siapakan Task-Force Tagana

id task force tagana, kemensos

Kemensos siapakan Task-Force Tagana

Pelatihan Task Force Tagana sebagai tenaga khusus di bidang kebencanaan di Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (21/2/2023). (Antara/HO-Kemensos)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial menyiapkan Satgas Tagana atau Satuan Tugas Taruna Siaga Bencana, dengan pasukan pelatihan elit dari Kopassus, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Vertical Rescue Indonesia (VRI).

"Ibu Menteri Sosial Tri Rismaharini begitu memikirkan keselamatan dan kenyamanan para penyintas bencana di lokasi pengungsian. Untuk itu, beliau meminta Tagana sedemikian rupa, salah satunya ya ini, melalui pelatihan pembentukan Character Building Task-Force Tagana,” kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Robben Rico dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu.

Melalui Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), bekerja sama dengan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof), Kemensos menggandeng sejumlah pihak terkait untuk memberikan pelatihan pembentukan Satgas Pembangunan Karakter Tagana.

Robben mengatakan Task-Force atau Satuan Tugas (Satgas) merupakan sebuah unit atau formasi yang dibentuk untuk mengerjakan tugas tertentu. Hal ini menetapkan Arah Mensos yang menginstruksikan Tagana mampu melakukan hal-hal teknis di lapangan atau di lokasi-lokasi bencana.

“Sebagai pilar utama dalam penanganan bencana, Kemensos menyiapkan Satgas Tagana sebagai tenaga khusus di bidang kebencanaan, yang senantiasa siap menangani permasalahan, maupun memenuhi kebutuhan masyarakat yang menangani bencana,” Robben.

Satgas Tagana, kata Robben, harus siaga, antisipasif, responsif dan adaptif diikuti dengan skill yang mumpuni dalam menghadapi bencana yang datang tak terduga.

Terlebih dari Tagana, Kemensos membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana, serta memberikan pelayanan dan perlindungan sosial kepada penyintas.


Task-Force Tagana sebagai tenaga khusus di bidang kebencanaan, yang senantiasa siap menangani permasalahan, maupun memenuhi kebutuhan masyarakat terdampak bencana, ucap Robben.

Task-Force Tagana, dikatakan Robben, harus siaga, antisipasif, responsif dan adaptif diikuti dengan skill yang mumpuni dalam menghadapi bencana yang datang tak terduga. Terlebih dari Tagana, Kemensos membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana, serta memberikan pelayanan dan perlindungan sosial kepada penyintas.

“Pemahaman baru yang harus dimiliki oleh Task-Force Tagana mampu menciptakan infrastruktur dan paham bagaimana membuat jalur evakuasi yang harus disiagakan. Wawasan luas tentang kebencanaan juga harus ditingkatkan agar bisa mengedukasi masyarakat luas,” katanya.

Latihan pembentukan Task-Force Tagana yang dilaksanakan, tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan personel Tagana, namun juga dapat memberikan paparan peluang dengan tingkat kemampuan yang berbeda, kata dia.  “Kami berharap, Tagana memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan agar penanganan bencana di Indonesia jauh lebih baik,” katanya.


Task-Force Tagana adalah mampu menciptakan infrastruktur dan paham bagaimana membuat jalur evakuasi yang harus disiagakan. Wawasan luas tentang kebencanaan juga harus ditingkatkan agar bisa mengedukasi masyarakat luas,” kata dia.

Task-Force Tagana yang dilaksanakan, tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan personel Tagana, namun juga dapat memberikan peluang jenjang dengan tingkat kemampuan yang berbeda, kata dia.

Tagana memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan agar penanganan bencana di Indonesia jauh lebih baik, katanya. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merupakan salah satu mitra Kemensos dalam meningkatkan profesionalitas Tagana.

Asisten Teritorial (Aster) Kopassus Letkol. Inf. Pelatihan Irfan Amir menyambut baik dan mengapresiasi pembentukan Satgas Tagana sebagai upaya menciptakan Tagana yang berkarakter disiplin dan bertanggungjawab, serta memiliki jiwa kemanusiaan dan berwawasan kebangsaan.

 
“Melalui pelatihan ini, peserta akan diberikan pelatihan dan pemahaman pembentukan karakter disiplin, serta tanggung jawab. Diharapkan, ke depan, akan terbentuk karakter positif yang dapat melatih ketahanan mental Tagana, bahkan ketika harus menghadapi situs tersulit apapun saat bencana,” ujar Irfan Amir di Cijantung, Jakarta Timur.


Tagana. Asisten Teritorial (Aster) Kopassus Letkol. Inf. Irfan Amir menyambut baik dan mengapresiasi pelatihan pembentukan Task-Force Tagana sebagai upaya menciptakan Tagana yang berkarakter disiplin dan bertanggungjawab, serta memiliki jiwa kemanusiaan dan berwawasan kebangsaan.

Tagana, bahkan ketika harus menghadapi situasi tersulit apapun saat bencana, ujar Irfan Amir. Pelatihan dan pembentukan Satgas Tagana yang diikuti oleh 30 peserta ini dilaksanakan selama empat belas hari, sejak Rabu (8/2) dan rampung pada Selasa (21/2). Tiga hari pertama, pelatihan diberikan oleh pasukan elite yang dipusatkan di Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.

Sementara, hari keempat dan selanjutnya dilakukan di Tagana Center di Sentul dan di Sentra Terpadu “Inten Soeweno” di Cibinong.  Sejumlah pihak terkait yang turut memberikan pelatihan pembentukan Satgas Tagana yaitu Kopassus, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Vertical Rescue Indonesia (VRI).


Task-Force Tagana, yang diikuti oleh 30 peserta ini, dilaksanakan selama empat belas hari, sejak Rabu (8/2) dan rampung pada Selasa (21/2).

Sementara, hari keempat dan selanjutnya dilakukan di Tagana Center di Sentul dan di Sentra Terpadu “Inten Soeweno” di Cibinong. Task-Force Tagana yaitu Kopassus, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Vertical Rescue Indonesia (VRI).

Baca juga: Kemensos pastikan program dilandasi semangat keadilan sosial
Baca juga: Kemensos rujuk balita gagal ginjal akut Indramayu ke RSCM


Adapun, materi pelatihan yang diberikan yakni cara melakukan layanan tanggap darurat bencana, hingga Vertical Rescue atau cara melakukan penyelamatan dari lokasi-lokasi sulit menggunakan teknik mengangkut korban, termasuk teknik yang dapat digunakan untuk mendistribusikan bantuan logistik dengan mengutamakan keamanan dan kerja sama tim.

Vertical Rescue atau cara melakukan penyelamatan dari lokasi-lokasi sulit menggunakan Teknik evakuasi korban, termasuk teknik yang dapat digunakan untuk mendistribusikan bantuan logistik dengan mengutamakan keamanan dan kerja sama tim.