Mbay (ANTARA) - Dinas Peternakan Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, terus melakukan upaya pengendalian penyebaran virus African Swine Fever (ASF) dengan memperketat lalu lintas ternak. "Sedangkan para peternak yang berada di sekitar lokasi kejadian kematian babi karena ASF telah meningkatkan biosecurity kandang berupa kebersihan dan sanitasi kandang,"kata Kepala Dinas Peternakan Nagekeo Klemetina Dawo di Mbay, Ibukota Kabupaten Nagekeo, Minggu.
Dia juga menyarankan penggunaan disinfektan untuk membersihkan kandang dan meminta hanya peternak/petugas kandang saja yang boleh masuk ke area kandang. Klementina mengatakan pihaknya telah membangun komunikasi antar wilayah kecamatan dan desa.
Para petugas juga mengajak masyarakat untuk memperhatikan pakan dan air yang bersih, termasuk hasil limbah daging babi yang tidak boleh diberikan kepada ternak babi. "Kami selalu mengecek dan memberi edukasi tata cara lindung ternak babi," katanya.
Baca juga: Karantina pertanian Mamuju vaksinasi ternak mencegah Jembrana
Baca juga: Pemkab Ponorogo aktifkan penyekatan mobilisasi ternak
Dinas Peternakan Nagekeo, Nusa Tenggara Timur mencatat kejadian 50 ekor babi yang mati akibat terserang virus ASF gelombang kedua. "Data per 10 Februari kemarin ada 50 ekor babi yang mati. Lalu sampai sekarang tidak ada laporan lagi," katanya.
Dia menjelaskan semua babi yang mati itu terkonfirmasi ASF di Dusun Watuapi, Kelurahan Mauponggo, Kecamatan Mauponggo. Namun, kejadian ASF gelombang kedua itu bermula dari empat ekor babi asal Kabupaten Ende yang sudah terkonfirmasi ASF dan menyerang sejumlah babi di Mauponggo.