Siaran pers KBRI Moskow yang diterima ANTARA di Bandarlampung, Jumat menyebutkan, juara kedua diraih vokalis Jerman, Tino Eisbrenner, dan juara ketiga dibagi bersama penyanyi Mongolia, Zayat Battsengelijn dan penyanyi Zimbabwe, Yvonne Sauramba.
Pihak panitia juga memberikan penghargaan untuk berbagai kategori kepada 11 penyanyi asing lainnya dalam festival yang menyediakan total hadiah uang 5 juta rubel atau hampir Rp1 miliar.
"Dewan juri menetapkan juara pertama festival adalah sahabat Indonesia kita yang hebat, Raymond Pardamean!,” ujar Ketua Dewan Juri Lev Leshchenko yang juga seniman terkemuka Rusia saat mengumumkan kemenangan Raymond
Pengumuman pemenang diiringi sorak sorai penonton serta puluhan WNI termasuk Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Jose Tavares
yang memadati gedung pertunjukan berkapasitas 6000 orang. Juri festival terdiri atas delapan orang mewakili musisi, artis, seniman dan budayawan dari Rusia dan Italia.
Raymond tampil di bagian akhir festival, menyanyikan lagu “Kenanglah" dan "Heningkan Cipta” terjemahan Raymond Sihombing dan Yulia Guseva.
Ia berduet dengan penyanyi Rusia, Fyodor Rytikov, vokalis utama Ansambel Musik Kementerian Pertahanan Rusia, yang membawakan versi asli lagu “ /Bow to Those Great Years,” sebuah lagu perjuangan mengenang Pertempuran Stalingrad 1942-1943.
Dengan suara bariton menggelegar, Raymond memukau para juri dan seluruh penonton serentak berdiri sebagai penghormatan mengingat tahun ini diperingati 80 tahun berakhirnya Pertempuran Stalingrad pada Perang Dunia II yang menelan korban ratusan ribu jiwa.
Dubes Tavares merasa senang dan bangga bahwa Raymond Sihombing, seorang warga Indonesia yang sudah lama bermukim di Moskow, berhasil memenangkan lomba yang sangat bergengsi ini.
"Semoga prestasi Raymond dapat menginspirasi penyanyi-penyanyi Indonesia lainnya untuk berlaga di ajang musik di Rusia,” ujar Tavares.
Raymond adalah penyanyi, komponis paduan suara, pengajar bahasa Indonesia dan YouTuber yang telah akrab dengan budaya Rusia.
Raymond menerima pendidikan musik pertamanya di Bali dan lulus dari konservatori Paris. Pria yang sempat menjadi solois dan konduktor Paduan Suara Nasional Universitas Indonesia (UI) dari 2004 hingga 2006 ini, fasih berbahasa Rusia dan memainkan saksofon, gitar dan beberapa instrumen tradisional Indonesia.
Dia mempersembahkan kemenangan ini bagi kejayaan hubungan persahabatan dan kerja sama Indonesia dan Rusia. "Semoga teman-teman musisi Indonesia juga dapat berkiprah di berbagai ajang musik di Rusia,” kata pria beristri warga Rusia yang telah dikaruniai tiga anak.
Festival “Road to Yalta” merupakan festival tarik suara yang rutin diselenggarakan tiap tahun di Yalta sejak 2019. Namun pada 2022 dan 2023 semifinal dan final festival diadakan di Moskow.
Dari 200 penyanyi mewakili 56 negara yang mendaftar, terpilih 15 finalis di festival. Mereka dari Jerman, Mongolia, Zimbabwe, Italia, Indonesia, India, Turki, Yunani, Israel, Tiongkok, Amerika Serikat, Prancis, Serbia, Aljazair dan Hungaria.
Festival Musik “Road to Yalta” diselenggarakan dengan tujuan mempopulerkan lagu-lagu patriotis terbaik Rusia dan Soviet kepada dunia.
Penyanyi asing yang berpartisipasi diwajibkan memilih lagu Rusia tertentu yang diterjemahkan ke bahasa asing. Lalu dinyanyikan berduet dengan penyanyi Rusia yang menyanyikan lagu asli dalam Bahasa Rusia.
Baca juga: Museum Indonesia TMII hadirkan bermain alat musik
Festival ini disponsori Fund “Humanitarian World” dari Administrasi Kepresidenan Federasi Rusia dan Pemerintah Republik Krimea untuk kegiatan kebudayaan lintas negara.
Baca juga: Maria Calista yang sukses jadi dosen bakal rilis proyek kolaborasi musik