Jakarta (ANTARA) - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menilai keberadaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sangat signifikan dalam menurunkan kuantitas aksi terorisme sehingga dirinya sangat mengapresiasi kerja-kerja pencegahan yang dilakukan lembaga tersebut.
"Kuantifikasi garis keras atau kelompok radikal di Indonesia, tingkat kegiatan radikalismenya itu sangat minim dibandingkan dengan jumlah keseluruhan populasi penduduknya,” kata Nasaruddin dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan bahwa di beberapa negara lain, ada yang negara Islam ataupun bukan, ternyata tingkat radikalismenya lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Nasaruddin menyatakan bahwa masyarakat Indonesia harus bersyukur karena berada di bawah payung Pancasila yang sangat menyejukkan untuk semua golongan yang ada. “Kalau ada perbedaan pendapat, itu adalah hal yang biasa, selama tidak bertentangan dengan konstitusi dan falsafah bangsa,” ujarnya.
Menurut dia, perbedaan yang ada adalah hal wajar sehingga jangan memusuhi orang berbeda. Dia mengomentari terkait pendekatan penanggulangan terorisme yang dilakukan seperti teknik penanganan terorisme dengan pendekatan secara keras di beberapa kejadian memang perlu dilakukan.
“Namun teknik pendekatan secara halus atau ‘soft approach’ tetap diberikan dengan menyesuaikan masing-masing kondisi dan kejadian. Sama seperti dengan mendidik anak kita sendiri. Ada anak yang perlu ditegur dengan cara keras, ada pula yang bisa dididik dengan cara halus,” ujarnya.
Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta itu berpendapat bahwa negara-negara di dunia perlu berguru dengan Indonesia karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep “soft approach” dalam penanggulangan terorisme.
Konsep itu, menurut dia, mengadopsi contoh yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik walaupun terhadap orang yang zalim. Nasaruddin mengapresiasi tinggi kegiatan Sarasehan Dai-Da'iyah Sulawesi Selatan, yang digelar BNPT di Makassar, Kamis (20/7), sebagai langkah memaksimalkan peran dai dan da'iyah adalah salah satu cara terbaik dalam melawan penyebaran radikalisme yang mengatasmakan agama.
“Saya ucapkan selamat kepada BNPT yang mampu menghimpun dan mengumpulkan penguasa-penguasa mimbar di Sulawesi Selatan ini. Saya senang karena materi dan peserta kegiatan ini sangat luar biasa. Ini orang pintarnya Sulawesi Selatan berkumpul di sini. Ini prestasi tersendiri bagi BNPT,” katanya.
Dia berharap di tempat lain BNPT bisa menciptakan kegiatan dengan merangkul para dai dan da'iyah. Menurutnya, sangat penting memberikan informasi-informasi pencegahan radikalisme dan terorisme kepada para dai dan da'iyah.
Nasaruddin berpesan agar BNPT bisa tetap konsisten dalam menjaga iklim bernegara yang inklusif dan toleran, kondisi yang aman dan damai tentunya tidak lepas dari peneguhan Pancasila dan UUD 1945 sebagai jati diri bangsa.
Baca juga: "Asik Bang" jadi daya tangkal pemuda dari radikalisme
Baca juga: Cyberworld Peace Ambassadors appointed based on action plan
“Ini merupakan tugas BNPT sebagai salah satu kepanjangan tangan Pemerintah dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Kita berharap BNPT bisa menciptakan kondisi aman dan damai seperti yang sekarang ini di seluruh Indonesia,” katanya.
Berita Terkait
BNPT sebut capaian RAN PE cegah ekstremisme
Jumat, 22 November 2024 17:28
BNPT perkuat sistem keamanan fasilitas publik
Jumat, 15 November 2024 4:21
BNPT mengikuti presentasi uji publik monev keterbukaan informasi
Rabu, 13 November 2024 5:41
BNPT to focus on protecting children from terrorism
Kamis, 24 Oktober 2024 5:38
BNPT memprioritaskan perlindungan anak dari terorisme
Rabu, 23 Oktober 2024 21:06
BNPT apresiasi pembentukan pedoman penanganan untuk anak korban terorisme
Sabtu, 19 Oktober 2024 6:42
YPI apresiasi BNPT mendukung penyintas Bom Bali jadi agen perdamaian
Rabu, 16 Oktober 2024 6:48
BNPT-Kemenhan perkuat kolaborasi cegah paham radikalisme
Kamis, 3 Oktober 2024 21:29