DKP Mataram menurunkan penyuluh ikan air tawar antisipasi puncak kemarau

id Ikan di Mataram,Ikan Air Tawar Mataram,Mataram,Ikan,DKP Mataram

DKP Mataram menurunkan penyuluh ikan air tawar antisipasi puncak kemarau

Ilustrasi: aktivitas pedagang ikan di salah satu pasar tradisional di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menurunkan penyuluh ke sejumlah kelompok budi daya ikan air tawar sebagai langkah antisipasi puncak kemarau yang diprediksi terjadi Agustus-September 2023.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram H Irwan Harimansyah di Mataram, Senin, mengatakan, para penyuluh diturunkan selain memberikan pembinaan dan pendampingan juga memastikan ketersediaan air budi daya tercukupi saat puncak musim kemarau.

"Penyuluh akan memastikan sumber-sumber aliran air untuk kebutuhan sebanyak 97 kelompok budi daya ikan air tawar jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal agar tidak terjadi kekurangan yang bisa berdampak pada usaha mereka," katanya.

Sejauh ini belum ada laporan dari penyuluh maupun kelompok budi daya ikan air tawar yang tidak mendapatkan air untuk kolam budi daya.

Namun demikian, berbagai potensi ancaman dampak El Nino yang diprediksi pemerintah terjadi bulan Agustus-September harus di atensi yang diwaspadai.

"Dengan kita turunkan penyuluh, kita bisa mengambil langkah antisipasi lebih awal sebagai solusi pencegahan dampak El Nino," katanya.

Irwan mengatakan, kebutuhan air untuk kelompok budi daya ikan air tawar di Kota Mataram selama ini bekerja sama dengan Dinas Pertanian serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram.

"Jika ada kelompok ikan yang kekurangan air, bisa dikoordinasikan dengan PUPR terkait pembagian air melalui pintu-pintu air yang ada," katanya.

Irwan menambahkan, produksi ikan air tawar di Kota Mataram dengan jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal selama tahun 2022 tercatat 380.297 kilogram, dengan nilai produksi Rp9,66 miliar.

Jika dibandingkan hasil produksi tahun 2021, terjadi penurunan sekitar 6,5 persen, karena produksi ikan air tawar tahun 2021 mencapai 430.950 kilogram dengan nilai produksi Rp10,34 miliar.

"Penurunan nilai produksi sebanyak 6,5 persen tahun 2022, karena produksi ikan yang menurun akibat adanya banjir dan penurunan produksi tidak disertai kenaikan harga ikan," katanya.