Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryati Rahayu menyambut para veteran pejuang Keluarga Berencana (KB) yang tergabung dalam Perkumpulan Juang Kencana (Juken) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), untuk berdiskusi tentang praktik-praktik baik penanganan stunting dari hulu.
"Kami sadar bahwa program-program penurunan stunting yang ada di Kota Semarang ini belum sempurna, karena kami tahu, kami harus banyak belajar dari senior yang sudah berkiprah lama di BKKBN, yang telah memahami lika-liku KB dari hulu ke hilir," kata Hevearita atau yang akrab dipanggil Ita di Kantor Wali Kota Semarang, Jateng, Kamis.
Ita menegaskan, program penurunan stunting tidak akan bisa maksimal apabila tidak diatasi dari hulu. "Terkait program penurunan stunting itu kita juga pasti bicara hulu, karena kalau ada ibu hamil, tetapi anemia (kekurangan darah merah), maka akan keluar stunting lagi. Lalu kami juga punya program-program penanganan remaja putri, ibu hamil, itu kita berikan penanganan khusus," ujar dia.
Ia menyampaikan, selama ini Pemerintah Kota Semarang telah melakukan intervensi khusus kepada remaja putri, khususnya edukasi terkait anemia. "Kami terus edukasi, bagaimana memulai skrining, dan kami juga dibantu dengan tanggung jawab sosial dari perusahaan, karena kami ingin remaja anemia ini selesai," ucap dia.
"Stunting tadi saya sampaikan, tidak hanya intervensi kepada anak, tetapi juga di hulunya, ada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil. Pertama kali yang harus disasar ini adalah remaja putri, jadi remaja putri ini jangan hanya ingin tampil langsing, tetapi yang penting remaja putri itu sehat, tidak anemia," imbuhnya.
Berdasarkan data yang disampaikan Ita, saat ini di Kota Semarang masih ada 1194 anak stunting, terbagi menjadi bayi di bawah lima tahun (balita) dan bayi di bawah dua tahun (baduta). Ia menekankan, program percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan harus dengan kolaborasi lintas sektor.
Saat ini Kota Semarang juga telah memiliki layanan Rumah Pelita, yakni layanan pengasuhan anak (daycare) yang letaknya di Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang khusus didirikan untuk menangani anak-anak stunting di area Kecamatan Semarang Barat.
"Rumah Pelita ini menjadi embrio bagi pengembangan program-program selanjutnya, di sana ada intervensi pada anak-anak stunting, jadi one stop treatment, tidak hanya dari segi fisik anak tetapi juga kesehatan mental anak dan orang tuanya,"
Baca juga: BKKBN apresiasi kerja percepatan penurunan stunting di NTB
Baca juga: Akademisi NTB sebut keluarga berperan penting dalam pencegahan stunting
Adapun Ketua Umum Juang Kencana BKKBN Pristy Waluyo menyampaikan apresiasi program penurunan stunting yang dilakukan di Kota Semarang, dan Kota Semarang termasuk salah satu kota yang bisa menjadi percontohan penurunan stunting melalui Rumah Pelita.
"Berdasarkan informasi, Kota Semarang punya program unggulan isu strategis terkait percepatan penurunan stunting, dan kami akhirnya ke sini untuk belajar bersama, karena Semarang juga punya Rumah Pelita yang telah mendapatkan penghargaan nasional," kata Pristy. Pristy menuturkan, saat ini Indonesia tengah mengalami tantangan yang luar biasa terkait penurunan stunting, sehingga harus ditangani dengan kolaborasi lintas sektor.
"Kami sadar bahwa program-program penurunan stunting yang ada di Kota Semarang ini belum sempurna, karena kami tahu, kami harus banyak belajar dari senior yang sudah berkiprah lama di BKKBN, yang telah memahami lika-liku KB dari hulu ke hilir," kata Hevearita atau yang akrab dipanggil Ita di Kantor Wali Kota Semarang, Jateng, Kamis.
Ita menegaskan, program penurunan stunting tidak akan bisa maksimal apabila tidak diatasi dari hulu. "Terkait program penurunan stunting itu kita juga pasti bicara hulu, karena kalau ada ibu hamil, tetapi anemia (kekurangan darah merah), maka akan keluar stunting lagi. Lalu kami juga punya program-program penanganan remaja putri, ibu hamil, itu kita berikan penanganan khusus," ujar dia.
Ia menyampaikan, selama ini Pemerintah Kota Semarang telah melakukan intervensi khusus kepada remaja putri, khususnya edukasi terkait anemia. "Kami terus edukasi, bagaimana memulai skrining, dan kami juga dibantu dengan tanggung jawab sosial dari perusahaan, karena kami ingin remaja anemia ini selesai," ucap dia.
"Stunting tadi saya sampaikan, tidak hanya intervensi kepada anak, tetapi juga di hulunya, ada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil. Pertama kali yang harus disasar ini adalah remaja putri, jadi remaja putri ini jangan hanya ingin tampil langsing, tetapi yang penting remaja putri itu sehat, tidak anemia," imbuhnya.
Berdasarkan data yang disampaikan Ita, saat ini di Kota Semarang masih ada 1194 anak stunting, terbagi menjadi bayi di bawah lima tahun (balita) dan bayi di bawah dua tahun (baduta). Ia menekankan, program percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan harus dengan kolaborasi lintas sektor.
Saat ini Kota Semarang juga telah memiliki layanan Rumah Pelita, yakni layanan pengasuhan anak (daycare) yang letaknya di Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang khusus didirikan untuk menangani anak-anak stunting di area Kecamatan Semarang Barat.
"Rumah Pelita ini menjadi embrio bagi pengembangan program-program selanjutnya, di sana ada intervensi pada anak-anak stunting, jadi one stop treatment, tidak hanya dari segi fisik anak tetapi juga kesehatan mental anak dan orang tuanya,"
Baca juga: BKKBN apresiasi kerja percepatan penurunan stunting di NTB
Baca juga: Akademisi NTB sebut keluarga berperan penting dalam pencegahan stunting
Adapun Ketua Umum Juang Kencana BKKBN Pristy Waluyo menyampaikan apresiasi program penurunan stunting yang dilakukan di Kota Semarang, dan Kota Semarang termasuk salah satu kota yang bisa menjadi percontohan penurunan stunting melalui Rumah Pelita.
"Berdasarkan informasi, Kota Semarang punya program unggulan isu strategis terkait percepatan penurunan stunting, dan kami akhirnya ke sini untuk belajar bersama, karena Semarang juga punya Rumah Pelita yang telah mendapatkan penghargaan nasional," kata Pristy. Pristy menuturkan, saat ini Indonesia tengah mengalami tantangan yang luar biasa terkait penurunan stunting, sehingga harus ditangani dengan kolaborasi lintas sektor.