Mataram (ANTARA) - Namanya, Irwan (20). Bagi warga Pagesangan, Mataram, sudah tidak asing lagi. Ia seorang tunawicara yang menjadi "polisi cepek" untuk mengatur lalu lintas khususnya di simpang empat jalan Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat).
Semuanya berawal dari rasa prihatin melihat padatnya kendaraan di siang hari yang menimbulkan kemacetan panjang. Hingga ketekunannya itu dilirik oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mataran untuk ajakan kerja sama.
"Kita tidak diberikan gaji oleh pemerintah, kan kita dari awal niatnya sukarela saja, jadi berapapun yang kita dapat dihari itu, itulah penghasilannya," katanya di Mataram, Sabtu.
Irwan dan beberapa rekan sesama tunawicara tergabung dalam sebuah kelompok tunawicara yang dikoordinir oleh Arya dan baru memasuki tahun keempat, katanya.
Dalam menjalankan tugasnya ia hanya mengandalkan kemampuannya dengan menggunakan bahasa isyarat.
Penghasilan yang didapat Irwan berasal dari sumbangsih para pengendara yang melintas di jalan tersebut, karena apa yang dilakukan oleh Irwan dan teman-temannya dirasa sangat membantu memudahkan lancarnya laju lalu lintas.
Ketekunan irwan dalam menjalankan tugasnya dari pagi sampai malam hari nyatanya tak sepadan dengan penghasilannya yang tidak menentu.
Dengan keterbatasannya, Irwan tentu merasa takut dan khawatir dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, mengingat dirinya memiliki gangguan pendengaran.
Namun dengan keinginan di dalam dirinya utnuk membantu mengatur lalu lintas, akhirnya ketakutan yang dirasakan di dalam dirinya perlahan hilang,lanjutnya.
"Saya hanya berharap apa yang saya lakukan ini bermanfaat bagi banyak orang, terlebih ini menyangkut keselamatan di jalan raya," katanya.