KKP puji perikanan berbasis pariwisata di Bungin

id Pulau Bungin

KKP puji perikanan berbasis pariwisata di Bungin

Foto udara permukiman warga di Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, NTB. (ANTARA Foto) (1)

"Kelompok ini bagus, harus direflikasi ke kelompok lain, terutama semangatnya"
Sumbawa (Antara NTB) - Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi memuji semangat pemuda Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang membudidayakan komoditas perikanan menggunakan keramba jaring apung berbasis pariwisata.

"Kelompok ini bagus, harus direflikasi ke kelompok lain, terutama semangatnya," kata Brahmantya Satyamurti Poerwadi usai berkunjung ke Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa.

Brahmantya Satyamurti Poerwadi didampingi tiga direktur di KKP melakukan peninjauan ke Pulau Bungin bersama 11 anggota Komisi IV DPR RI, serta sejumlah direktur di KKP, Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian Sputnik Sujono Kamino, dan Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Wahyu Suparyono.

Budi daya perikanan menggunakan keramba jaring apung (KJA) AquaTec yang dilakukan kelompok Bungin Mandiri, di bawah binaan Balai Budi Daya Lombok (BBL) KKP, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB, Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) NTB dan DKP Kabupaten Sumbawa.

Komoditas perikanan yang dibudidayakan, yakni ikan kerapu, bawal bintang dan lobster yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Brahmantya berpesan kepada kelompok Bungin Mandiri untuk mengatur skala produksi. Artinya jangan sampai ketika produksi melimpah, pasar terbatas, sehingga harga menjadi turun.

"Jadi harus kontrol dan itu harus dilakukan masyarakat Bungin sendiri karena mereka yang tahu kondisi," ujarnya.

Ketua Kelompok Bungin Mandiri Sahabudin, menjelaskan ide membudidayakan komoditas perikanan menggunakan KJA AquaTec yang dikombinasikan dengan pariwisata dan kuliner didasarkan pada siklus panen ikan budi daya di Indonesia enam hingga tujuh bulan dalam satu tahun, setelah itu rata-rata pembudidaya menganggur.

"Biasanya panen bulan enam, dua tiga bulan setelahnya tidak ada kegiatan," katanya.

Melihat kondisi tersebut, ia dan 24 rekannya kemudian berinisiatif mengembangkan paket pariwisata "snorkeling" dan memancing di sekitar perairan laut Pulau Bungin, sekaligus menyediakan menu makanan berupa ikan laut dari hasil budi daya menggunakan KJA.

"Kami sudah sediakan lesehan terapung, pengunjung bisa bakar ikan sendiri sepuasnya," ujarnya.

Ia mengatakan, KJA AquaTec sebanyak empat unit dengan nilai Rp2 miliar sebagai sarana membudidayakan ikan dan lobster merupakan bantuan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada 2015.

Satu unit KJA AquaTec ukuran 20 x 10 meter terdiri atas delapan petak kolam yang bisa menampung 4.000 ekor bibit ikan kerapu. Namun, tidak semua unit untuk menebar bibit, tetapi sebagian dicadangkan untuk pembesaran agar hasil panen bisa maksimal.

"KJA AquaTec, merupakan sarana untuk budi daya ikan di perairan laut yang bisa tahan lama hingga 30 tahun," ujarnya.

Kelompok Bungin Mandiri juga dipercaya oleh Pemerintah Provinsi NTB sebagai proyek percontohan budi daya lobster dalam rangka menggugah minat masyarakat memanfaatkan potensi benih lobster untuk dibesarkan menjadi lobster konsumsi.

Kelompok Bungin Mandiri juga membudidayakan ikan bawal bintang secara mandiri. Mereka memperoleh bibit dari BBL Lombok, KKP, yang ada di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, dengan sistem bayar setelah panen. (*)