Posisi dan durasi penggunaan gawai pengaruhi kesehatan

id Inisiator GGSI, Gawai Sehat, Generasi Muda

Posisi dan durasi penggunaan gawai pengaruhi kesehatan

Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr Ridha Dharmajaya (ANTARA/HO-)

Medan (ANTARA) - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr Ridha Dharmajaya mengatakan posisi dan durasi dalam penggunaan gawai sangat mempengaruhi kesehatan tubuh.

"Dua faktor penyebab penggunaan gawai yang bisa mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan adalah posisi dan durasi," ujar Ridha dalam Talkshow Inspiratif, Millenial Inspiration Award 2023 di Medan, Sabtu.

Ridha menjelaskan, menggunakan gawai dengan posisi menekuk ke bawah yang cukup lama akan sangat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. "Jika menggunakan gadget dengan posisi yang menyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," kata Ridha.

Menurut dia, batas ideal bagi masyarakat menggunakan gawai hanya berkisar dua jam per hari. "Namun, jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," sebutnya.

Ridha mengatakan, dulunya gejala ini sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi saat ini sering dialami remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan kita terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama, maka yang terjadi adalah kematian saraf," sebutnya.

Untuk itu, Ridha meminta seluruh elemen masyarakat khususnya generasi muda untuk memahami serta membatasi penggunaan gawai. "Kematian saraf ini jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki dan yang lainnya," sebutnya.

Baca juga: Kalsel kolaborasi KPU edukasi generasi muda soal pemilu
Baca juga: LKP OTC Bali, rumah harapan masa depan generasi muda


Selain itu, ia juga mengajak generasi muda mempersiapkan diri untuk menyambut bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia. "Kita dalam situasi bonus demografi ini harus dimanfaatkan agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia jika generasi yang tumbuh adalah generasi berkualitas, yakni sehat fisik, pintar dan bermoral yang baik. Tapi sebaliknya, jika generasi yang tumbuh karena perilaku salah terutama dalam penggunaan gadget maka yang terjadi adalah bencana demografi," ujarnya.