BPSPL Denpasar Tanam 120.000 Bakau di Lombok Barat

id Bpspl denpasar

"Kalau hutan bakau di kawasan pesisir sudah tumbuh bagus, tentu sumber daya ikan akan lebih meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat ikut menjadi lebih baik"
Mataram (Antara NTB) - Kementerian Kelautan dan Perikanan, melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar telah menanam 120 ribu bibit bakau di sekitar pesisir Desa Cendi Manik, Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Kasubdit Restorasi Pesisir Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Elfita Nezon di Mataram, Kamis, mengatakan program rehabilitasi kawasan pesisir di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat bertujuan untuk memulihkan dan mengembalikan ekosistem mangrove agar menjadi lebih baik.

"Kalau hutan bakau di kawasan pesisir sudah tumbuh bagus, tentu sumber daya ikan akan lebih meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat ikut menjadi lebih baik," katanya.

Kegiatan penananam ratusan ribu bibit pohon bakau, kata dia, dilakukan dalam tiga tahap sejak Mei 2016. Kemudian tahap ketiga dilakukan pada Agustus 2016, sekaligus menjadi rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Proses penanaman melibatkan sekitar 50 pelajar dari SMK Negeri 1 Sekotong dan SMA Negeri 1 Sekotong. Ada juga dari unsur Palang Merah Indonesia (PMI), dan kelompok masyarakat di Kecamatan Sekotong yang peduli akan kelestarian ekosistem mangrove.

"Seluruh ketua rukun tetangga, kepala dusun dan kepala desa di Sekotong, bersama dengan jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Barat begitu antusias melakukan rehabilitasi hutan mangrove di daerahnya," ucap Elfita.

Kepala BPSPL Suko Wardono, menambahkan warga di Kecamatan Sekotong, berkomitmen menanam, merawat dan memelihara hutan bakau yang sudah mereka tanam untuk dimanfaatkan agar kesejahteraan mereka menjadi lebih baik.

"Masyarakat yang sudah menanam berkomitmen merawat bibit pohon bakau hingga tumbuh besar," ujarnya.

Jika ekosistem mangrove sudah pulih, menurut dia, akan mengembalikan fungsi hutan bakau sebagai pelindung fisik dari ancaman abrasi dan erupsi dari daratan.

Selain itu, kawasan hutan mangrove akan menjadi lokasi pemijahan anak-anak ikan karena di daerah itu akan banyak sumber makanan, sehingga disukai oleh jenis ikan, lobster dan kepiting serta kerang-kerangan.

Dampak lain pulihnya ekosistem hutan bakau, lanjut Wardono, adalah bisa menjadi kawasan objek wisata dan edukasi yang bisa mendatangkan rezeki bagi masyarakat di sekitarnya.

"Jadi tidak hanya manfaat ekologi yang bisa dinikmati masyarakat, tapi dampak ekonominya juga besar, tinggal bagaimana masyarakat menjaga kelestarian hutan bakau secara berkelanjutan," ucapnya.

BPSL Denpasar akan terus berupaya mengedukasi masyarakat di Pulau Lombok, agar mereka menjaga ekosistem hutan bakau, baik melalui penyuluhan dan berbagai kegiatan, seperti pemutaran film pada saat malam peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan RI dan apel pengibaran bendera memperingati 17 Agustus 1945, di kawasan pesisir. (*)