Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyampaikan protes terhadap pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat atas hasil pemilu Taiwan.
"Pernyataan Kementerian Luar Negeri AS mengenai pemilu di wilayah Taiwan secara serius melanggar prinsip 'Satu China' dan 'Tiga komunike bersama AS-China' dan bertentangan dengan komitmen politik AS yang hanya mempertahankan hubungan budaya, komersil, dan hubungan tidak resmi lainnya dengan Taiwan," demikan pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China yang diterima ANTARA di Beijing, Minggu.
Pada Sabtu (13/1) malam, calon pemimpin Taiwan dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, William Lai Ching-te telah menyatakan kemenangannya dalam pemilihan pemimpin Taiwan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kemudian mengatakan "Kami mengucapkan selamat kepada Dr. Lai Ching-te atas kemenangannya dalam pemilihan Taiwan. Kami juga mengucapkan selamat kepada rakyat Taiwan yang berpartisipasi dalam pemilihan yang bebas dan adil serta menunjukkan kekuatan sistem demokrasi mereka."
"Hal ini juga mengirimkan sinyal yang sangat keliru kepada kelompok separatis 'pendukung kemerdekaan Taiwan'. Kami sangat menyesalkan pernyataan tersebut dan dengan tegas menentang hal itu, kami juga telah menyampaikan pernyataan resmi kepada AS," demikian disebutkan dalam keterangan itu.
Baca juga: Tensi geopolitik semakin tinggi, dunia kian terpolarisasi
Baca juga: Pemimpin Taiwan janjikan kerja sama erat dengan AS
Pernyataan Kementerian Luar Negeri China menyebut masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan nasional China dan menjadi garis terlarang yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS.
"Prinsip 'Satu China' adalah norma dasar dalam hubungan internasional, konsensus yang berlaku di komunitas internasional, dan landasan politik hubungan China-AS. China dengan tegas menentang AS melakukan segala bentuk interaksi resmi dengan Taiwan dan mencampuri urusan Taiwan dengan cara apa pun dan dengan dalih apa pun," sebut keterangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri China mendesak AS agar dengan sungguh-sungguh mematuhi prinsip "Satu China" dan "Tiga Komunike Bersama China-AS" dan bertindak serius sesuai dengan komitmen yang telah ditegaskan berkali-kali oleh para pemimpin AS untuk tidak mendukung opsi "kemerdekaan Taiwan", "dua China" atau "satu China, satu Taiwan", dan tidak berusaha menggunakan masalah Taiwan sebagai alat untuk membendung China.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan interaksi yang bersifat resmi dengan Taiwan dan berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada kelompok separatis untuk 'kemerdekaan Taiwan'," kata Kementerian Luar Negeri China.
Sedangkan mengenai kemenangan William Lai Ching-te dalam pemilu Taiwan, Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa hal itu adalah urusan dalam negeri.
"Apapun perubahan yang terjadi di Taiwan, fakta dasar yang tidak berubah adalah hanya ada satu China di dunia dan Taiwan adalah bagian dari China tidak akan berubah. Prinsip 'Satu China' adalah landasan kokoh bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," demikan disebutkan.
Pemerintah China meyakini komunitas internasional akan terus mematuhi prinsip "Satu China" dan memahami serta mendukung tujuan rakyat China dalam menentang aktivitas separatis "kemerdekaan Taiwan" dan berupaya mewujudkan reunifikasi nasional.
Atas hasil pemilu Taiwan, Presiden AS Joe Biden sudah menyampaikan bahwa ia tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.
"Kami tidak mendukung kemerdekaan bagi Taiwan", kata Biden kepada wartawan setelah hasil pemilihan diumumkan di Taipei. Komentar Biden muncul saat dia berangkat dari Gedung Putih menuju Camp David.
Diketahui calon dari DPP William Lai Ching-te memperoleh lebih dari 5,58 juta suara dari sekitar 14 juta surat suara, Hou Yu-ih, mengantongi 4,66 juta suara dan Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP) memperoleh 3,68 juta suara.
Lai mengatakan telah menerima dukungan paling banyak dan bahwa Taiwan akan terus berada di jalur yang benar.
“Kami akan menggunakan pertukaran untuk mengganti penghambatan, dialog untuk mengganti konfrontasi dan dengan percaya diri mengupayakan pertukaran dan kerja sama dengan China,” ungkap Lai.
Lai akan resmi menjabat pada Mei mendatang setelah masa jabatan empat tahun pemimpin Tsai Ing-wen berakhir.
Saat ini, Lai masih menjadi wakil pemimpin Tsai Ing-wen dan ini akan menjadi kemenangan masa jabatan DPP ketiga secara berturut-turut.
Baca juga: Menlu China peringatkan Jepang tak ikut campur soal Taiwan
Berita Terkait
Mencicipi bebek peking di Beijing
Sabtu, 30 November 2024 21:30
Indonesia, China hold forum to solidify maritime cooperation
Kamis, 28 November 2024 19:28
China sambut gencatan senjata Israel-Lebanon
Kamis, 28 November 2024 5:44
Ministry conducts tourism promotion in China
Rabu, 27 November 2024 4:59
China minta AS tak ragukan niatnya berantas peredaran fentanil
Rabu, 27 November 2024 4:47
Kemenparekraf mempromosikan pariwisata Indonesia ke China
Selasa, 26 November 2024 19:46
Pesawat tak terdeteksi radar anti-siluman dikembangkan di China
Selasa, 26 November 2024 10:56
Indonesia's Christie finishes as runner-up
Senin, 25 November 2024 4:31