Ketika Usulan Penggantian Nama "lia" Semakin Menguat

id bandara lia lombok

Ketika Usulan Penggantian Nama "lia" Semakin Menguat

Lombok Internasional Airport (LIA) akan diiusulkan penggantian nama menjadi nama almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau ZAMIA. Tampak suasana penumpang yang akan menaiki pesawat.

Pada awalnya bandar udara yang berlokasi di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat itu bernama Bandara Internasional Lombok (BIL), kemudian diganti dengan nama Lombok Internasional Airport (LIA).
Usulan penggantian nama Lombok Internasional Airport atau "LIA" kini kian menguat, terutama ketika seorang tokoh ulama kharismatik Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ditetapkan menjadi pahlawan nasional.

Pada awalnya bandar udara yang berlokasi di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat itu bernama Bandara Internasional Lombok (BIL), kemudian diganti dengan nama Lombok Internasional Airport (LIA).

Penggantian nama bandar udara dari BIL menjadi LIA dihajatkan untuk mendongkrak citra nama bandara tersebut di tingkat internasional dan mengangkat nama Lombok di dunia internasional sebab Lombok telah menjadi salah satu tujuan wisata di Indonesia.

Namun setelah Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada almarhum TGKH Muhammad Zaiuddin Abdul Madjid di Istana Negara pada Kamis (9/11), muncul usulan untuk penggantin nama bandara di Lombok itu dengan "ZAMIA" yang merupakan akronim dari Zainuddin Abdul Madjid.

Almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Nusa Tengara Barat (NTB) dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Tahun 2017, bersama dengan Almarhum Laksamana Malahayati dari Aceh, Almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepri dan Lafran Pane dari DI Yogyakarta.

Usulan penggantian nama LIA dengan nama pahlawan nasional almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid itu datang dari berbagai tokoh di "Bumi Gora", antara lain Fraksi PPP DPRD NTB.

Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) NTB Nurdin Ranggabarani pada sidang paripurna DPRD NTB mengatakan usulan pergantian nama LIA ke TGKH M Zainuddin Abdul Madjid tidak lain guna menghormati satu-satunya tokoh asal NTB yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Selain, pergantian nama LIA, Fraksi PPP juga mengusulkan agar pelabuhan laut Lembar di Lombok Barat dan pelabuhan laut Badas di Kabupaten Sumbawa diganti namanya menjadi pelabuhan laut Laksamana Madya TNI H Lalu Manambal Abdul Kadir.

Menurut dia penggantian nama pelabuhan laut di Lembar dan Badas guna menghormati jasa dan pengabdian, serta perjuangan tokoh asal NTB, yakni Laksamana Madya TNI H Lalu Manambal Abdul Kadir yang juga telah mengabdi pada bangsa dan negara selama akhir hayatnya.

Ia menyatakan seluruh anggota Fraksi PPP mendukung usul yang merupakan inisiatifnya itu. Oleh karena itu ia berharap aspirasi ini ditindaklanjuti oleh DPRD dan Pemprov NTB.

Bak gayung bersambut Ketua DPRD NTB Hj Baiq Isvie Rupaedah yang memimpin jalannya sidang paripurna itu memberikan perhatian kepada usul Fraksi PPP yang diwakili Nurdin Ranggabarani tersebut.

"Silakan Pak Nurdin maju untuk kita terima aspirasinya bersama Pak Sekda guna diproses dan dilanjutkan kepada pihak yang berwenang," kata Isvie Rupaedah.



Mendapat dukungan

Usulan penggantian nama bandara di Lombok itu mendapat dukungan dari anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra daerah pemilihan NTB H Willgo Zainar.

Ia mengaku mendukung penggantian nama LIA dengan alasan karena sebagaimana bandara lainnya di Indonesia, yang umum menggunakan nama pahlawan yang berasal dari daerah.

Sebagai wakil rakyat asal NTB, Willgo mengaku sangat mendukung dan ikut bersyukur atas gelar pahlawan yang diterima Maulana Syaikh, sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan kepahlawanannya.

Ia juga berterima kasih kepada pemerintah yang telah menobatkan sosok ulama kharismatik itu sebagai seorang pahlawan karena membangun dunia pendidikan sambil berdakwah.

Usulan menggunakan nama tokoh ulama kharismatik sebagai nama bandara di Lombok agaknya untuk menghormati jasa-jasanya terutama dalam bidang pendidikan.

Almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dilahirkan di Bermi, Pancor, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriyah bertepatan dengan 5 Agustus 1898 Masehi.

Kakek dari Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi itu meninggal dunia di tanah kelahirannya pada 21 Oktober 1997 ketika berusia 99 tahun. Ulama kharismatik itu merupakan pendiri Nahdlatul Wathan (NW), organisasi massa Islam terbesar di provinsi tersebut.

Ulama yang kerap disapa Maulana Syaikh telah membangun banyak pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Sepanjang hidupnya berjuang memberikan bekal pendidikan kepada anak-anak muda pada zamannya.

Menyikapi usulan tersebut, General Manager PT Angkasa Pura I LIA, I Gusti Ngurah Ardita mengatakan sebaiknya semua pihak duduk bersama terlebih dulu.

"Saya kira untuk ke depan kita duduk bareng semua, semua komponen memberikan pandangan yang baik. Karena ini untuk kepentingan jangka panjang, harus ada kesepakatan dengan semua komponen," ujarnya.

Menurut Ardita jika memang akan dilakukan perubahan keputusan ada di tangan direksi Angkasa Pura di Jakarta.

Menurut dia, diganti atau tidak itu kan ada pertimbangannya nanti bagaimana. Yang pasti kalau ada perubahan Angkasa Pura pasti ke kantor pusat, bukan yang lain.

Ardita mengatakan, selama itu untuk kebaikan bersama, maka otoritas bandara siap menyetujui perubahan nama bandara. Yang penting, nama tersebut cepat dan mudah diingat.

Sementara itu Sekda NTB, Rosiady H. Sayuti menyatakan usulan penggantian nama bandara tersebut akan ditampung untuk diteruskan kepada Gubernur NTB.

Ia mengatakan tugasnya meneruskan, arahannya Pak Gubernur, ditampung semua aspirasi masyarakat. Nanti pada waktunya baru diusulkan ke Kementerian Perhubungan untuk mendapatkan penetapan, bukan Angkasa Pura punya ranah.

Usulan ke Kementerian Perhubungan ini diakui Rosiady bisa segera dilakukan jika aspirasi yang timbul di masyarakat bertambah banyak.

Bahkan jika memungkinkan, ia berharap peresmian penggantian nama tersebut bisa dilakukan pada 17 Desember 2017 bertepatan dengan HUT NTB.

Sejatinya jika penggantian nama ini bisa direalisasikan, akan ada banyak dampak positif yang dirasakan daerah. Utamanya adalah mengenalkannama Maulana Syekh di dunia internasional.

Menurut Rosiady, nama bandara itu sangat strategis, karena akan segera menginternasional. Lain kalau namanya selain bandara, bisa juga rumah sakit, tapi yang kenal orang lokal saja atau nasional. Tapi kalau di bandara nama itu akan cepat menginternasional.

Terkait dengan usulan penggantian nama bandara Lombok tersebut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah menyarankan untuk duduk bersama, guna mencari kesepakatan bersama, karena pihaknya juga ingin mengusulkan nama lain juga.

Ia mengatakan, Bupati Lombok Tengah HM Suhaili FT beberapa kali mengusulkan agar nama LIA diubah menjadi Mandalika International Airport (MIA).

Nama itu, sesuai dengan destinasi dunia, di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika Resort di Desa Kuta, Pujut. Selain itu, nama Mandalika sendiri, bukanlah sembarangan nama. Mandalika diambil dari nama, Putri Mandalika.

Kendati demikian, bukan berarti dirinya tidak setuju dengan usulan pemerintah provinsi, namun ia berharap nama bandara yang berdiri di Desa Tanak Awu tersebut, harus mengedepankan kearifan lokal.

Sejatinya jika usulan penggantian nama Lombok Internasional Airport (LIA) dengan nama ulama kharimatik almarhum TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang baru saja mendapat anugerah pahlawan nasional tentunya akan menjadi kebanggan masyarakat NTB. (*)