Pengembangan eksyar hadapi tantangan literasi hingga potensi pasar

id BI ,Bank Indonesia,literasi,ekonomi syariah

Pengembangan eksyar hadapi tantangan literasi hingga potensi pasar

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung berbicara dalam Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2024 yang diikuti virtual di Jakarta, Senin (8/7/2024). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak

Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mengatakan, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) nasional menghadapi empat tantangan yang harus diatasi bersama mulai dari literasi ekonomi syariah hingga potensi pasar yang besar yang belum tergarap dengan baik.

"Di tengah berbagai kemajuan yang telah kita capai dengan pengembangan ekonomi syariah setidaknya ada empat tantangan yang perlu kita selesaikan bersama ke depan," kata Deputi Gubernur BI Juda Agung dalam Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2024 yang diikuti virtual di Jakarta, Senin.

Empat tantangan tersebut adalah literasi ekonomi syariah yang masih rendah, tingginya ketergantungan terhadap bahan baku halal dari luar negeri, rendahnya pangsa keuangan syariah, hingga potensi pasar yang besar baik dari dalam negeri dan luar negeri belum tergarap dengan baik.

"Masih tingginya ketergantungan kita terhadap bahan baku halal dari luar negeri baik itu daging maupun bahan turunan seperti emulsifier yang banyak digunakan dalam industri makanan," ujarnya.

Juda mengatakan, literasi ekonomi syariah nasional masih rendah. Survei yang terakhir BI lakukan di 10 provinsi menunjukkan literasi ekonomi syariah masih 28 persen. Itu berarti dari 100 orang Indonesia, hanya 28 orang yang memahami mengenai ekonomi dan keuangan syariah.

"Tentu saja target (literasi ekonomi syariah) ke depan 2025 sebesar 50 persen perlu terus kita upayakan," ujarnya.

Dalam festival dengan tema Sinergi untuk Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia itu, ia mengatakan sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia bukan saja memiliki potensi ekonomi syariah yang luar biasa tetapi memiliki juga tanggung jawab untuk membangun ekonomi dan keuangan syariah.

"Indonesia bukan saja diharapkan menjadi pusat ekonomi syariah dunia tetapi menjadi kiblat bagi inovasi pengembangan ekonomi syariah ke depan," ujarnya.

Rendahnya pangsa keuangan syariah antara lain disebabkan oleh inovasi produk keuangan syariah yang terbatas dan basis investor keuangan syariah yang belum kuat.

"Bahkan beberapa kalangan seringkali belum sepenuhnya terliterasi dengan baik terhadap produk keuangan syariah sehingga terkadang mereka beranggapan bahwa keuangan syariah atau bank syariah sama dengan bank konvensional. Ini yang perlu terus kita luruskan dan kita lakukan edukasi," ujarnya.

Selain itu, potensi pasar yang besar baik dari dalam negeri dan luar negeri belum tergarap dengan baik seperti modest fashion di mana potensi Indonesia sangat besar untuk menjadi pusat modest fashion dunia.

"Kita lihat semakin banyak negara yang bahkan yang bukan mayoritasnya muslim seperti Jepang, Korea dan sebagainya yang mulai membuka wisata ramah muslim. Mereka membuka restoran-restoran yang halal, keperluan-keperluan para traveler dari muslim, ini juga tentu saja akan membuka permintaan membuka peluang bagi produk-produk halal," katanya.

Menurut dia, ekonomi syariah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi nasional. Sistem ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah tidak hanya memberikan solusi bagi permasalahan ekonomi tetapi juga membawa nilai-nilai moral dan etika yang tinggi. Oleh karena itu, Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia 2024 memiliki peran yang sangat penting dalam mengenalkan dan mengembangkan ekonomi syariah di tengah masyarakat.

"Festival eksyar hadir bukan hanya sebagai ajang refleksi dan diskusi tapi juga sebagai platform sinergi kolaborasi dan aksi konkret," ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menargetkan literasi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia dapat mencapai 50 persen dibanding posisi saat ini yang sebesar 23,3 persen.

“Saya berkeyakinan, dengan besarnya potensi Indonesia, angka-angka ini dapat ditingkatkan, bahkan, literasi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia ke depan paling tidak mesti mampu mencapai 50 persen,” kata Ma’ruf saat berpidato dalam Musyawarah Nasional ke-6 Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) di Jakarta, akhir tahun lalu.

Baca juga: Indonesia's economic growth revised up by World Bank, says minister
Baca juga: BI sebut seluruh indikator kinerja tercapai baik


Ma’ruf mengatakan dengan semakin besarnya literasi ekonomi dan keuangan syariah, maka semakin meningkat pula penerimaan dan penggunaan produk ekonomi dan keuangan syariah oleh masyarakat. Hal itu akan meningkatkan kontribusi sektor ekonomi dan keuangan syariah terhadap perekonomian nasional.