Kairo (ANTARA) - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sepakat mengenai perlunya mengintensifkan upaya internasional untuk mencegah eskalasi di kawasan Timur Tengah dan terjerumus ke dalam siklus konflik baru.
Kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan mengatakan kedua pemimpin yang berbicara melalui panggilan telepon pada Selasa (16/7), menyatakan komitmen untuk meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang dan bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan internasional dengan fokus khusus pada pembangunan di Jalur Gaza.
Presiden Sisi menyoroti upaya mediasi yang sedang dilakukan Mesir untuk menjamin gencatan senjata segera di Gaza dan memfasilitasi pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.
Dia juga menekankan kebutuhan mendesak akan kecukupan bantuan kemanusiaan untuk meringankan kondisi sulit yang dihadapi penduduk Gaza akibat operasi militer Israel.
Baca juga: Dewan Eropa sebut standar ganda Ukraina dan Timur Tengah tak dapat diterima
Menanggapi itu, Macron memuji upaya gigih Mesir sejak krisis dimulai, termasuk pada pekan lalu saat Mesir menjadi tuan rumah bagi delegasi Israel dan AS untuk membahas poin-poin yang belum terselesaikan dalam perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah memediasi upaya untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas yang akan menjamin pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza.
Israel yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: Uni Eropa desak Lebanon hentikan Hizbullah konflik di Timteng
Sebanyak lebih dari 38.700 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 89.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Selama lebih dari sembilan bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum daerah itu diinvasi pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu