Indonesia bakal tarik kembali industri semikondutor dari Malaysia

id Semikonduktor,industri semi konduktor,malaysia,menko perekonomian,airlangga

Indonesia bakal tarik kembali industri semikondutor dari Malaysia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberi keterangan kepada awak media seusai menghadiri Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (23/7/2024). ANTARA/Harianto

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia akan berupaya untuk kembali menarik industri semi konduktor dari Malaysia.

Airlangga, dalam acara Tatap Muka – Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa sebelumnya ada sebuah industri semikonduktor yang hendak di bangun di Indonesia, namun akibat dilarang, maka pindah ke Malaysia.

"Terkait Industri semikonduktor mungkin kita ingat industri semikonduktor lari dari Indonesia, karena kita melarang robotik, karena pada waktu itu Menteri Tenaga Kerjanya Pak Sudomo, dan akibat dilarang pindah di Malaysia," katanya

Dia menyampaikan, seusai industri tersebut pindah ke Malaysia, kini menjadi sumber ekspor semikonduktor dan elektronik. Meski begitu, dia tidak menyebutkan nama dari industri tersebut, tetapi dia menegaskan bahwa Indonesia akan menarik industri itu.

"Dan sekarang Malaysia menjadi sumber ekspor semikonduktor sama elektronik, dan yang lain ada di Malaysia. Oleh karena itu, kita akan tarik kembali," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pemerintah ingin menarik kembali Industri ini balik ke Indonesia dengan mendorong pendidikan terkait pengembangan industri semikonduktor.

Ia menyebutkan bahwa saat ini sudah ada beberapa kerja sama antara Indonesia dengan Singapura maupun chip academy di Jerman untuk guna menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tanggap teknologi microelectronic untuk mendorong sektor semikonduktor di Tanah Air.

Selain itu juga sudah ada beberapa perusahaan start up Indonesia asal Bandung yang sudah masuk menjadi vendor NVIDIA.

"Untuk menarik ini kita akan mendorong pendidikan, kita sudah kerja sama dengan Singapura dan Jerman yakni Cips Academy. Dan ada beberapa perusahaan yang juga siap menjadi vendor star up di Bandung, yang sudah masuk menjadi vendor di NVIDIA," ungkap Airlangga.

Indonesia akan mendorong semikonduktor untuk kembali masuk dan menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, ke depan pengembangan industri berbasis digital yang bisa menjadi andalan bagi pertumbuhan ekonomi lanjutan adalah komoditas semikonduktor.

"Dan beberapa dari SDM Indonesia sudah ada yang menjadi bagian dari supply chain semikonduktor, termasuk anak-anak muda di Bandung yang menjadi bagian dari microchips designer dari ENVIDIA," katanya.

Sebelumnya, Deputi IV Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin mengatakan, saat ini pemerintah tengah fokus menyiapkan tenaga kerja terampil untuk industri semikonduktor.

Hal itu sejalan dengan prioritas pemerintah untuk mulai mengembangkan industri semikonduktor di Indonesia. Saat ini pemerintah sedang memetakan dukungan dari segi kebijakan serta regulasi terhadap berbagai aspek tersebut. Ia memaparkan, pada 2022 terdapat 345 ribu pekerja atau 0,26 persen dari total pekerja di Indonesia yang bekerja di sektor elektronik.

Sebagian besar bekerja di subsektor industri komponen dan papan elektronik sebesar 19,7 persen, industri kabel 18,5 persen, peralatan rumah tangga 14,5 persen, industri audio dan video elektronik sebesar 8,5 persen.

Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga meresmikan pengoperasian smelter PT Freeport Indonesia
Baca juga: Menko Perekonomian optimistis kestabilan ekonomi transformasi

"Jumlah pekerja di sektor elektronik ini meningkat dari tahun 2018, namun terdapat hal yang perlu menjadi perhatian bersama yakni sebagian besar pekerja berlatar belakang setara dengan SMA atau SMK yakni sekitar 80 persen," katanya di Jakarta, Kamis (16/5).

Menurutnya, ketersediaan tenaga kerja yang terampil di sektor ini menjadi tantangan tersendiri. Kemudian, Indonesia juga dihadapkan oleh tantangan lainnya yakni perlunya peningkatan keahlian pekerja baik di level operator maupun level engineering, terutama dalam hal literasi digital dan kemampuan adaptasi teknologi.