Jakarta (ANTARA) -
Dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024, diketahui indeks inklusi di perbankan tercatat sebesar 68,88 persen dan indeks inklusi perbankan syariah sebesar 8,7 persen.
Friderica menuturkan salah satu faktor yang menyebabkan indeks literasi di perbankan sangat tinggi karena produk-produk keuangan perbankan sudah dikenal masyarakat sejak usia dini.
Produk keuangan perbankan juga bersifat sederhana, mudah diakses dan jangkauannya sangat luas.
"Kami mengimbau masyarakat sejak usia dini untuk sudah melakukan inklusi keuangan melalui kepemilikan rekening," ujarnya.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil SNLIK tahun 2024 diperoleh indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan tahun 2023, bahwa indeks literasi keuangan masyarakat sebesar 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen.
Sementara, indeks literasi keuangan syariah tercatat sebesar 39,11 persen dan indeks inklusi keuangan syariah 12,88 persen.
Indeks literasi keuangan sebesar 65,43 persen itu mencerminkan bahwa dari 100 orang yang disurvei dalam rentang usia 15-79 tahun, terdapat 65 orang yang sudah terliterasi keuangan dengan baik atau memenuhi lima aspek yang diukur.
Lima aspek tersebut adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan, serta sikap dan perilaku keuangan untuk menilai upaya peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan individu.
Meski indeks literasi keuangan masyarakat sangat tinggi, namun masih ada warga yang terjebak modus penipuan (scam).
Menurut Kiki, hal tersebut dikarenakan masyarakat seringkali masih kalah dengan perilaku yang disebabkan oleh keserakahan dan senang dengan yang serba instan dan ingin cepat mendapat keuntungan besar.
Oleh karenanya, penguatan literasi dan pemahaman keuangan juga harus dibarengi dengan penguatan regulasi dan penegakan hukum yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh semua pihak.
"Di masyarakat sendiri kita selalu ajarkan prinsip 2L, legal dan logis itu harus ditekankan kepada masyarakat," ujarnya.
Masyarakat juga diajarkan untuk tidak boleh memberikan data identitas pribadi secara sembrono supaya tidak dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab oleh orang yang ingin mengambil keuntungan semata.
Sejak 2017 hingga Juni 2024, OJK telah memblokir total 9.889 entitas ilegal. Adapun jumlah entitas ilegal yang telah dihentikan adalah 1.367 investasi ilegal, 8.271 pinjaman online (pinjol) ilegal dan 251 gadai ilegal.