Puncak musim hujan Indonesia jatuh pada November

id BMKG,Puncak Musim Hujan 2024/2025,Prakiraan musim hujan Indonesia

Puncak musim hujan Indonesia jatuh pada November

Arsip foto - Pejalan kaki menggunakan payung untuk berlindung dari hujan saat melintas di pedestrian MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (1/12/2023). (ANTARA /M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO)

Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia mengalami puncak musim hujan pada November 2024 hingga Februari 2025 dengan kategori normal.
 

“Musim hujan periode ini akan datang lebih awal dari biasanya dengan sifat hujan mayoritas akan berada pada kategori normal,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis malam.

Ia memaparkan puncak musim hujan periode ini menunjukkan sebagian besar Indonesia dengan persentase 79,1 persen (total sebanyak 553 zona musim) mengalami kategori normal atau tidak lebih basah dan tidak lebih kering.

Data dari BMKG memaparkan pada periode puncak musim hujan November – Desember 2024 diprakirakan terjadi yang antaranya di Sumatera, Pulau Jawa pesisir selatan, dan Kalimantan.

Selanjutnya pada periode Januari – Februari 2025 diprakirakan terjadi yang di antaranya Lampung, Pulau Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Pulau Sulawesi, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan sebagian besar Pulau Papua.
 

Kepala BMKG juga mengungkapkan bahwa di sisi lain pihaknya memprediksi sebanyak 10,7 persen dari 669 zona musim di Indonesia sudah mulai mengalami musim hujan pada bulan September ini.

Prakiraan musim tersebut semuanya, kata dia, sudah diolah berdasarkan data dan analisis dari pakar klimatologi BMKG bersama pakar klimatologi di Indonesia dan di harmonisasi dengan hasil prakiraan iklim secara global.

Baca juga: Kota Padang Sidempuan diguncang gempa 5,3 magnitudo
Baca juga: Prakiraan tujuh provinsi alami kekeringan ekstrem

Dengan begitu , ia berharap informasi prediksi musim hujan 2024-2025 itu menjadi acuan bagi kementerian/lembaga termasuk pemerintah daerah untuk menyusun rencana aksi dini (early action). Hal tersebut penting dilakukan untuk menekan risiko kerugian akibat bencana seperti banjir, tanah longsor ataupun angin kencang yang berpotensi terjadi selama musim hujan.

"Bagi pemerintah daerah diharapkan lebih optimal lagi mengedukasi masyarakat untuk menghadapi risiko bencana selama musim hujan serta pentingnya terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan peringatan dini yang disampaikan BMKG," ujarnya.