Lombok Utara (Antaranews NTB) - Puluhan wisatawan yang merupakan para peserta Sail Moyo Tambora 2018 menikmati tradisi makan bersama "begibung" khas suku Sasak Lombok saat tiba di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Para wisatawan ini duduk makan bersama dengan warga Lombok Utara yang menjadi korban bencana gempa bumi di Dusun Teluk Dalem Kern, Desa Medana, Kabupaten Lombok Utara.
Sejumlah hidangan yang ditaruh dalam satu wadah (nare) seperti nasi putih, daging ayam, ikan laut, sayur-sayuran, telur hingga daging sapi ini disuguhkan warga sekitar untuk para wisatawan yang datang.
Kerren, wisatawan asal Australia yang juga peserta Sail Moyo Tambora 2018 dan suaminya mengaku terkesima dengan tradisi begibung yang dijalankan masyarakat Lombok Utara.
"Buat kami ini menarik kami disuguhkan hidangan yang lezat dan berbaur makan bersama dengan warga dalam satu wadah," ujarnya.
Ia mengaku, sangat mengagumi tradisi dan budaya pulau Lombok. Tak hanya itu, ia dan suaminya Keiren begitu tiba di Lombok Utara memuji keindahan alam yang di miliki daerah itu.
"Lombok sangat indah," ucap Karren.
Selain menyambut peserta Sail Moyo tambora 2018, kegiatan tradisi makan bersama "begibung" khas suku Sasak Lombok ini juga dilaksanakan dalam rangka solidaritas pascagempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok. Acara ini sendiri bertajuk "Lombok Bangkit, Bersama Membangun Lombok".
Rangkaian kegiatan ini dilakukan dengan aksi penggalangan bantuan untuk korban gempa bumi Lombok yang hasilnya berupa sembako dan dana yang digunakan untuk pembangunan sekolah di wilayah itu melalui lembaga Rotary Indonesia.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, H Muhammad, mengatakan tradisi makan bersama atau begibung ini baru pertama dilaksanakan bersama wisatawan yang mengikuti kegiatan Sail.
"Jadi ini bisa menjadi kegiatan trauma healing bagi warga yang terdampak gempa," katanya.
Menariknya, kata Muhammad, untuk pendanaan makan bersama tersebut berasal dari para wisatawan yang menjadi peserta Sail Moyo Tambora 2018. Sedangkan, untuk memasak hingga bisa dihidangkan dilakukan oleh masyarakat setempat.
"Kalau tahun lalu masyarakat sekarang wisatawan, artinya ada kolaborasi antara dan masyarakat," jelasnya.
Selain itu, kegiatan begibung tersebut merupakan keunikan tersendiri bagi wisatawan, sebab jika di negaranya mereka tidak menemukan hal seperti itu, sehingga acara tradisi begibung mendapat apresiasi dari wisatawan.
"Ini makan begibung ala Sasak. Kita suguhkan, karena kalau yang modern mereka sudah bosan di negaranya, makanya kita suguhkan yang tidak ada di negaranya. Sehingga kita tampilkan khas daerah. Bahkan, ini sebagai sosialisasi dan masyarakat dalam pengungsian juga ikut sekaligus memperkenalkan budaya kita pada wisatawan dan potensi pariwisata lombok utara bangun kembali," jelas Muhammad. (*)