Ketahanan partai di tengah arus populisme: Pembelajaran dari PDI Perjuangan

id Ketahanan Partai di Tengah Arus Populisme, Pembelajaran dari PDI Perjuangan,PDIP,ketahanan partai Oleh Didik Prasetiyono *)

Ketahanan partai di tengah arus populisme: Pembelajaran dari PDI Perjuangan

Mahasiswa Doktoral Program PSDM Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Didik Prasetiyono (ANTARA/HO-Dok. Didik Prasetiyono)

Surabaya (ANTARA) - Dalam demokrasi Indonesia yang dinamis, tantangan besar bagi partai politik adalah mempertahankan relevansi dan daya tahan di tengah perubahan geopolitik dan arus populisme. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada stabilitas politik nasional, tetapi juga menuntut partai politik untuk terus beradaptasi dan memelihara konsistensi ideologisnya. Salah satu studi yang menarik untuk dicermati adalah penelitian tentang ketahanan partai yang dipimpin oleh Hasto Kristiyanto, yang mengkaji secara mendalam bagaimana PDI Perjuangan, sebagai partai terbesar di Indonesia, mampu bertahan di tengah berbagai guncangan politik, baik internal maupun eksternal.

Dalam studi yang dipertahankan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (18/10), Hasto menekankan pentingnya kepemimpinan strategis yang mampu memadukan ideologi dan pelembagaan untuk menjaga ketahanan partai. Kepemimpinan strategis ini dikonstruksikan dari tujuh prinsip utama Megawati Soekarnoputri, yang dikenal sebagai “Megawati’s Seven Principles.” Prinsip ini mencakup elemen-elemen seperti kritis, visioner, komitmen, dan biopolitik, yang tidak hanya menjadi panduan bagi arah partai, tetapi juga mempengaruhi pelembagaan partai yang kuat dan berakar .

Pelembagaan PDI Perjuangan, yang dibangun melalui sistem, nilai, dan otonomi keputusan, memungkinkan partai ini untuk tetap kokoh menghadapi tantangan besar seperti faksionalisasi, konflik internal, serta tekanan eksternal dari dinamika politik global. Proses pelembagaan ini tidak hanya memperkuat sistem partai, tetapi juga menjadi benteng dalam menghadapi penyalahgunaan kekuasaan dan ancaman populisme otoriter yang semakin menguat di beberapa negara demokrasi .

Selain kepemimpinan, pancasila sebagai ideologi partai juga memainkan peran penting dalam menjaga daya tahan politik. Studi ini menunjukkan bahwa Pancasila, sebagai ideologi inti PDI Perjuangan, menjadi landasan utama dalam menentukan arah kebijakan partai. Pancasila tidak hanya dianggap sebagai simbol, tetapi juga sebagai nilai yang diinternalisasi oleh setiap kader partai . Dalam konteks ini, ideologi partai tidak hanya menjadi alat politik, tetapi juga menjadi kompas moral yang menjaga partai dari penyimpangan kekuasaan.

Menurut Hasto, ketahanan PDI Perjuangan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana ideologi ini diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari partai. Ketika ideologi partai diinternalisasi dengan baik, ini menciptakan struktur organisasi yang solid dan mengakar. PDI Perjuangan telah menunjukkan bahwa komitmen terhadap ideologi yang kuat dapat menjadi benteng dalam menghadapi dinamika politik nasional dan internasional .

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi PDI Perjuangan adalah mengelola guncangan internal seperti konflik dan faksionalisasi yang kerap menghantui partai-partai besar. Berdasarkan temuan studi, kemampuan partai dalam menyelesaikan konflik internal sangat mempengaruhi ketahanan partai. Proses penentuan calon legislatif, calon kepala daerah, hingga jabatan struktural partai sering kali menjadi sumber konflik. Namun, PDI Perjuangan berhasil menerapkan merit system dalam penyelesaian konflik ini, sehingga menghasilkan penilaian yang lebih objektif dan mengurangi ketegangan internal .

Selain itu, kemampuan partai dalam beradaptasi dengan dinamika geopolitik juga menjadi faktor penting dalam ketahanan partai. PDI Perjuangan, sebagai partai yang memiliki hubungan internasional yang luas, mampu membaca situasi global dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Dengan demikian, partai ini tidak hanya bertahan di tingkat nasional, tetapi juga mampu memposisikan diri dalam konstelasi politik global yang lebih luas.

Salah satu konsep menarik yang diangkat dalam disertasi ini adalah pentingnya demokrasi disensus dalam mempertahankan demokrasi yang sehat. Dalam pandangan Hasto, demokrasi sejati tidak hanya mengandalkan konsensus, tetapi juga memerlukan ruang bagi perdebatan dan disensus. Demokrasi disensus adalah bentuk koreksi terhadap otoritarianisme populis yang kerap kali memanfaatkan mayoritas untuk mengabaikan hak-hak minoritas dan melanggengkan kekuasaan .

PDI Perjuangan, melalui pendekatan disensus, telah menunjukkan bahwa partai politik yang kuat harus mampu menampung berbagai pandangan, bahkan yang kritis sekalipun, untuk menciptakan ruang demokrasi yang inklusif. Disensus ini tidak hanya memperkaya perdebatan internal partai, tetapi juga mendorong partai untuk selalu responsif terhadap perubahan masyarakat. Dengan demikian, PDI Perjuangan mampu menjadi pelopor demokrasi yang tangguh di Indonesia.

Dalam era populisme otoriter dan tekanan politik yang semakin meningkat, ketahanan partai politik menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan demokrasi. Studi Hasto tentang PDI Perjuangan memberikan wawasan penting mengenai bagaimana kepemimpinan strategis, ideologi, dan pelembagaan dapat saling bersinergi untuk membangun partai yang kuat dan mampu bertahan di tengah arus populisme. PDI Perjuangan telah membuktikan bahwa partai politik yang memiliki fondasi ideologis yang kuat, dipimpin dengan visi yang jelas, dan dilembagakan dengan baik, akan mampu menghadapi berbagai guncangan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Bagi partai politik di Indonesia dan di seluruh dunia, pelajaran dari PDI Perjuangan ini memberikan inspirasi untuk terus memperkuat internalisasi ideologi dan pelembagaan yang kokoh guna memastikan ketahanan di masa depan.

*) Penulis adalah Mahasiswa Doktoral Program PSDM Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga.