Mataram (ANTARA) - Dosen Arkeologi Universitas Udayana Iwan Kristiawan mengingatkan pemerintahan baru terkhusus Kementerian Kebudayaan untuk merangkul komunitas antikuarian, agar benda-benda bersejarah tetap memiliki ontentisitas yang kuat.
"Kalau tidak difasilitasi, saya khawatir semakin masif dan mereka tidak terkendali," ujarnya saat ditemui dalam kegiatan arkeolog cilik yang digelar Museum NTB di Mataram, Selasa.
Antikuarian merupakan pencinta barang antik yang cenderung tertarik terhadap objek barang antik saja, bukan kepada konteks arkeologi dan budaya yang terkandung di dalam benda antik tersebut.
Iwan yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tersebut bercerita asal mula pembentukan Museum Nasional pada zaman kolonial dilakukan oleh para antikuarian yang menggemari barang-barang antik.
Baca juga: DPR bersyukur ada kementerian yang fokus dengan kebudayaan
Koleksi barang antik yang dimiliki oleh para antikuarian dikumpulkan oleh pemerintahan Hindia Belanda sampai akhirnya dijadikan museum.
"Sekarang kondisi di luar museum banyak antikuarian di daerah-daerah. Harapan ke depan kementerian baru harus fokus melihat bahwa fenomena antikuarian yang banyak itu harus segera difasilitasi," kata Iwan.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa di dalam mengoleksi benda-benda bersejarah yang mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, maka otentisitas sangat penting.
Apabila antikuarian tidak memahami bagaimana mempertahan otentisitas, maka situasi itu kelak berbahaya bagi catatan sejarah peradaban bangsa Indonesia ke depan.
Iwan mengapresiasi nomenklatur baru Kabinet Merah Putih yang memiliki Kementerian Kebudayaan, sehingga kegiatan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia bisa lebih fokus.
"Harapan saya -adanya Kementerian Kebudayaan- ini pasti akan lebih baik," kata Iwan.