Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) bersinergi menyelenggarakan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like-lt!).
Dalam kesempatan ini, para pemimpin dari empat lembaga itu mengajak para generasi muda untuk berinvestasi di pasar keuangan demi masa depan yang cerah, tercermin dari kemandirian keuangan dalam jangka panjang.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di Jakarta, Rabu, menyebut bahwa generasi muda dapat mengadopsi strategi 3C yaitu Cerdas, Cermat, Cuan untuk sukses dalam berinvestasi.
"Cerdas berarti memiliki pengetahuan yang baik sebelum memulai investasi, cermat artinya tidak membuat keputusan secara impulsif, melainkan pengambilan keputusan didasarkan pada hasil riset dan analisis, dan terakhir dengan sikap cerdas dan cermat tersebut diharapkan untuk meraih "cuan" atau keuntungan yang optimal," ujar Destry.
Destry menegaskan bahwa peran para investor muda sangat penting, ditambah saat ini kondisi perekonomian global dan domestik masih diselimuti ketidakpastian.
"Kita yakin dan optimis, dengan semakin besarnya basis investor dalam negeri, terutama generasi muda, maka sektor keuangan kita akan lebih stabil dan sehat," ujar Destry.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut bahwa investasi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dan terdapat tiga alasan penting khususnya generasi muda, perlu terus belajar dan meningkatkan literasi keuangan, termasuk mengenai investasi.
Pertama, Ia menyebut meningkatnya literasi keuangan akan semakin memperkuat kemandirian keuangan, dan kedua, literasi keuangan yang baik akan memungkinkan pengambilan keputusan investasi yang lebih bijak.
"Ketiga, kita akan bisa mengelola finansial pribadi dengan lebih baik bila memiliki literasi keuangan yang cukup," ujar Suahasil.
Suahasil menjelaskan mengenai Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang dikembangkan oleh pemerintah sebagai salah satu alternatif instrumen investasi dan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan.
Ia menjelaskan, saat ini SBN Ritel telah menjangkau 875 ribu investor, termasuk para generasi muda, dan ke depan, pemerintah akan terus berupaya agar SBN Ritel lebih mudah diakses, khususnya oleh generasi muda.
"Jangan takut untuk memulai berinvestasi, tetapi tetap sesuai kebutuhan dan kemampuan," ujar Suahasil.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengajak generasi muda untuk berinvestasi pada sektor jasa keuangan yang merupakan bagian dari perencanaan keuangan pribadi untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Dengan demikian, lanjutnya, generasi muda harus meningkatkan pemahaman atau literasi keuangan mereka agar bisa memilih produk dan layanan keuangan yang sesuai dan tidak menjadi korban penipuan pada sektor keuangan.
Baca juga: Pemerintah rilis aturan lengkap perpajakan skema KSO
"Untuk mendorong literasi keuangan generasi muda, OJK terus aktif melakukan berbagai kegiatan edukasi keuangan yang dilakukan secara langsung di berbagai daerah ataupun melalui komunikasi digital," ujar Mirza.
Selain itu, lanjutnya, untuk melindungi konsumen dan masyarakat, OJK terus memperkuat pelayanan konsumen serta melakukan berbagai kegiatan pencegahan kerugian masyarakat seperti dengan meningkatkan pengawasan market conduct dan pemberantasan aktivitas keuangan ilegal.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS Lana Soelistianingsih menyebut bahwa hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan bahwa Indeks Literasi Keuangan penduduk Indonesia saat ini berada di level 65,4 persen.
Sementara itu, Indeks Inklusi Keuangan di level 75 persen, dan apabila ditelaah lebih dalam, rentang kelompok umur 12 sampai 27 tahun (Gen Z) dan 28 sampai 43 tahun (Gen milenial) memiliki indeks literasi keuangan yang tertinggi masing-masing sebesar 74,8 persen dan 71,7 persen.
Baca juga: Pemerintah menyerap dana Rp10,2 triliun lelang tujuh seri SBSN
"Kedua kelompok ini cukup dominan dan memiliki potensi investasi yang besar untuk dikembangkan, tidak hanya karena ukurannya namun juga potensi pertumbuhannya," ujar Lana.
Ia melanjutkan, hal tersebut tercermin dari tingkat simpanan yang konsisten meningkat, yang mana per September 2024, simpanan generasi milenial mampu tumbuh sebesar 9,6 persen year on year (yoy), sedangkan simpanan generasi Z tumbuh lebih tinggi mencapai 14,5 persen (yoy).
Sementara itu, secara proporsi simpanan generasi milenial dan gen-Z telah mencapai 33,1 perse dari seluruh simpanan perorangan di perbankan atau setara dengan Rp1.285,3 triliun.