Mataram (ANTARA) - Akademisi Binus Malang, Wahyu Kristian Natalia, menekankan pentingnya etika digital bagi para konten kreator dalam membuat berbagai produk konten digital.
"Etika digital semacam standar operasional prosedur yang memang dibuat untuk mengurangi risiko negatif akibat penggunaan teknologi digital," kata Natalia dalam keterangan di Mataram, Rabu.
Di hadapan para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Kesuma Mataram, Nusa Tenggara Barat, dia menuturkan profesi konten kreator kini menjadi salah satu yang popular terutama bagi kalangan generasi Z seiring perkembangan dunia digital yang semakin pesat.
Baca juga: Konten kreator Indonesia perluas jaringan di forum jalur sutra
Natalia mengajak siswa untuk melihat bagaimana proses membuat konten di berbagai platform dan tahapan mulai dari praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.
Berbagai konten yang dibuat konten kreator kerap kali memberikan dampak bagi masyarakat. Dampak negatif maupun positif dapat timbul dari konten di berbagai platform yang tersedia baik melalui Youtube, TikTok, Instagram, dan media sosial lainnya.
"Dengan memahami etika digital yang benar, para konten kreator dapat meminimalisasi menjadi pelaku atau menjadi korban yang dapat menimbulkan kerugian dalam menggunakan teknologi internet di berbagai platform," kata dosen Prodi Ilmu Komunikasi tersebut.
Lebih lanjut Natalia menyampaikan bahwa etika digital yang perlu dipahami oleh konten kreator adalah produksi konten yang mengedepankan integritas sebagaimana dasar dari kode etik jurnalistik.
Baca juga: Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengajak konten kreator ramaikan konten ramah anak
Selain intergitas, imbuhnya, konten kreator juga perlu memiliki tanggung jawab, kesadaran, dan kebijakan dalam membuat konten.
"Memahami etika digital, maka para konten kreator dapat memproduksi konten yang memberi dampak positif bagi masyarakat," ucap Natalia.
Ragam tantangan komunikasi di era teknologi informasi dan kecanggihan kecerdasan buatan membutuhkan sinergi berbagai pihak agar menciptakan ruang digital yang aman. Oleh karena itu, pemahaman tentang etika digital dan literasi digital perlu digalakkan sejak dini agar mampu menciptakan masyarakat yang berdaya di era digital.
Baca juga: Pemkot Mataram menyiapkan konsep pelatihan konten kreator
Vivin, salah satu siswa SMA Katolik Kesuma Mataram mengaku merasa senang dengan lokakarya tersebut. Dia kini memahami bagaimana membuat konten digital yang bermanfaat bagi khalayak.
"Apalagi kita bisa melihat sekarang di media sosial banyak sekali konten provokatif, manupulatif, hoaks, maupun disinformasi," katanya.