Mataram (ANTARA) - Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) segera mengembangkan bioflok --teknik budi daya ikan melalui rekayasa lingkungan-- khusus nila dan lele pada 2025 dalam rangka mendukung program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
"Kami maksimalkan pengembangan budi daya ikan nila dan lele dengan sistem bioflok, untuk ketersediaan sumber protein hewani dalam program MBG yang menjadi program Presiden," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok di Lombok Timur, Senin.
Ia mengatakan untuk mendapatkan ukuran ikan dengan tertentu dalam program MBG tersebut harus diprogram secara terencana karena selama ini masyarakat beranggapan budi daya ikan dengan ukuran besar lebih menguntungkan ketimbang kecil.
"Sebenarnya yang lebih menguntungkan membudidayakan ikan itu yang tidak besar, seperti untuk satu kilogram jumlah ikannya 9 -10 ekor dibandingkan empat, lima ekor satu kilogram, sementara harga sama," katanya.
Baca juga: DPR dan Badan Gizi Nasional sosialisasi MBG di Lombok Timur
Ia mengatakan pengembangan budi daya nila dan lele tersebut menggunakan teknologi bioflok dengan harapan dapat mengurangi penghabisan pakan hampir 50 persen dari kebutuhan pakan hingga panen.
Bioflok merupakan suatu teknik budi daya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme pada air kolam.
Bioflok berasal dari kata bios atau kehidupan dan flok maknanya gumpalan. Jadi makna kata bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme, antara lain bakteri, jamur, algae, protozoa dan cacing tergabung dalam gumpalan.
Baca juga: TNI siapkan tiga titik lokasi MBG di Lombok Timur
Bioflok adalah sistem yang menumbuhkan mikroorganisme, yakni teknologi dengan sistem budi daya terintegrasi karena memanfaatkan simbiosis antara mikroorganisme dengan ikan sebagai komoditas utama budi daya.
Bioflok memanfaatkan limbah berupa mikroorganisme yang terdapat di kolam tempat hidup ikan.
"Menggunakan teknologi bioflok ini dapat menghemat pakan," katanya.
Baca juga: PWI kecam perampasan kamera wartawan saat meliput MBG di Lombok Timur
Ia mencontohkan kalau membudidayakan lele atau nila di kolam membutuhkan 2 kilogram pakan untuk mendapatkan berat satu kilogram ikan tetapi menggunakan bioflok mendapatkan satu kilogram daging.
"Terjadi pula penghematan, pasalnya masa budi daya pendek karena hanya target produksi 10 ekor per kilogram," imbuh dia.
Guna memenuhi kebutuhan MBG yang sedang berjalan itu, maka dengan budi daya lele dan nila dengan teknologi bioflok sangat bagus sehingga terus memberikan edukasi kepada para petani budidaya ikan di Lombok Timur.
"Dalam budi daya ikan ini, target kita bukan tiga ekor beratnya satu kilogram tetapi agar 10 ekor dengan berat satu kilogram," katanya.
Baca juga: PWI lapor Presiden, Kamera milik wartawan di Lombok Timur dirampas saat liput MBG