Wali Kota Mataram: Harkitnas momentum adaptif terhadap literasi digital

id Wali Kota Mataram,H Mohan Roliskana,kebangkitan nasional,harkitnas,literasi digital

Wali Kota Mataram: Harkitnas momentum adaptif terhadap literasi digital

Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana usai memimpin upacara Hari Kebangkitan Nasional ke-117 di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/HO-Dokumen Pribadi. 

Mataram (ANTARA) - Wali Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Mohan Roliskana mengatakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 menjadi momentum untuk lebih adaptif terhadap hal-hal berkaitan dengan literasi dan transformasi digital.

"Karena itu hal tersebut perlu didukung dengan dikeluarkan kebijakan terkait perlindungan digital, guna mengantisipasi berbagai macam dampak digital, terutama terhadap anak-anak," katanya di Mataram, Selasa, usai memimpin upacara Harkitnas yang diikuti jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat.

Berbagai macam dampak digital, kata dia, menjadi program prioritas nasional dan menjadi arahan pemerintah ditindaklanjuti hingga tingkat pemerintah paling bawah. Sementara dalam konteks di daerah, semua mengalami isu yang sama berkaitan dengan transformasi digital serta upaya antisipasi dampak.

"Karena itu daerah juga akan menyesuaikan apa yang jadi program prioritas nasional," katanya.

Baca juga: Harkitnas momen kebangkitan produk nasional

Sementara saat membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Viada Hafid, dikatakan, tanggal 20 Mei bukan sekadar penanda dalam kalender nasional, melainkan sebuah momentum bersejarah yang sarat makna perjuangan, kebangkitan, kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian untuk menolak penjajahan.

Tepat pada tanggal 20 Mei 2025 tidak sekadar memperingati sebuah tanggal dalam kalender nasional. Tetapi sedang membuka kembali halaman penting dari sejarah perjuangan bangsa.

"Halaman yang ditulis bukan dengan tinta biasa, tetapi dengan kebangkitan kesadaran, semangat persatuan, dan keberanian untuk menolak terus dijajah," katanya.

Baca juga: Literasi digital di Mataram diperkuat cegah dampak negatif medsos

Ia mengatakan 117 tahun yang lalu di tengah keterbatasan dan tekanan kolonialisme, lahirlah kesadaran baru yang menjadi nyala perubahan bangsa melalui berdirinya organisasi Budi Utomo.

Sebuah titik tolak yang menandai bahwa nasib bangsa ini tidak bisa terus-menerus digantungkan pada kekuatan asing dan bahwa kemajuan hanya mungkin dicapai dengan berdiri di atas kekuatan sendiri.

Namun kebangkitan bukanlah peristiwa yang selesai dalam satu masa. "Kebangkitan adalah ikhtiar yang terus hidup, yang menuntut kita untuk tidak terjebak dalam romantisme masa lalu, melainkan menuntut keberanian dalam menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks, mulai dari disrupsi teknologi, ketegangan geopolitik, krisis pangan global, hingga ancaman terhadap kedaulatan digital bangsa," katanya.

Saat ini, lanjut dia, batas-batas geografis semakin kabur dan peradaban bergerak dengan kecepatan yang tidak lagi ditentukan oleh jarak, tetapi oleh kemampuan suatu bangsa untuk beradaptasi dan memimpin perubahan.

"Indonesia dalam hal ini tidak sekadar menjadi penonton di tengah arus global," katanya.

Baca juga: Diskominfo Mataram mengimbau tak jadikan medsos acuan kebenaran
Baca juga: Pemkot Mataram minta KPU menggencarkan literasi digital cegah hoaks

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.