Diskominfo Mataram mengimbau tak jadikan medsos acuan kebenaran

id Literasi digital Mataram,Diskominfo Mataram,hoaks,Kabar hoaks, Medsos

Diskominfo Mataram mengimbau tak jadikan medsos acuan kebenaran

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram I Nyoman Swandiasa. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga kota setempat agar tidak menjadikan media sosial sebagai acuan dari suatu kebenaran informasi.

"Kadang kita terjebak dengan algoritma media sosial yang tidak bisa kita yakni karena setiap orang di media sosial bisa jadi penulis dan narasumber. Kalau mereka punya kompetensi dan kualifikasi," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram I Nyoman Swandiasa di Mataram, Rabu.

Pernyataan itu disampaikan menyikapi beredarnya berita hoaks terkait anak kelas 1 SDN di Kota Mataram yang dikeroyok hingga meninggal pada Selasa (10/10) dan tersebar di grup wali murid sekolah se-Kota Mataram dan spontan mengundang reaksi dari para orang tua.

Padahal berita itu, kata Swandiasa, jauh dari kebenaran dimana dari hasil visum disebutkan anak tersebut memang sudah sakit dari beberapa hari dan mengalami penyempitan batang otak dan bukan karena asumsi pengeroyokan.

"Berita-berita yang tersebar di media sosial itu merupakan asumsi pelaku dan asumsi itulah 'up' oleh para pembaca. Tapi sekarang, kasus ini sedang diusut aparat kepolisian untuk mengetahui motif pelaku dan lainnya," katanya.

Terkait dengan itu, lanjutnya, masyarakat harus bijak menggunakan media sosial dan melakukan literasi digital agar di era sekarang masyarakat jangan mudah percaya dengan berita media sosial.

"Jika ingin yakin terhadap kebenaran sebuah berita, masyarakat harus mengakses akun resmi dari pemerintah. Jangan sekali-kali media sosial dijadikan acuan sebuah kebenaran," katanya lagi.

Baca juga: ICT Watch meminta masyarakat hati-hati unggah foto medsos
Baca juga: Gubernur Zulkieflimansyah berharap KPI bisa awasi medsos makin berkembang

Apalagi, sambungnya, menjelang politik trend berita hoaks sangat tinggi. Saat pandemi COVID-19, juga pernah terjadi trend berita hoaks terkait kesehatan meningkat.

"Jadi cukup kita terjebak oleh media sosial dengan informasi yang tidak jelas yang sudah terjadi. Kita bisa belajar banyak pada persoalan-persoalan sebelumnya," katanya.