Mataram (ANTARA) - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan program masuk sekolah yang bertujuan mengenalkan warisan sejarah kepada siswa-siswi lereng Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, NTB.
"Museum masuk sekolah adalah upaya kami untuk menyapa sekolah-sekolah yang memang jarak dari pusat pemerintahan itu jauh," kata Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam dalam keterangan yang dikutip di Mataram, Senin.
Nuralam menuturkan pihaknya membawa 17 artefak kuno ke SDN 24 Pekat, di antaranya topi perang dan baju besi peninggalan Kesultanan Dompu.
Museum NTB tidak hanya mengenalkan koleksi dan media interaktif mengenai sejarah budaya, tetapi juga menumbuhkan semangat yang dapat memunculkan kecintaan para siswa terhadap warisan budaya lokal.
"Museum masuk sekolah bertujuan untuk memperluas akses edukasi sejarah dan budaya ke pelosok-pelosok daerah, terkhusus wilayah terpencil yang sulit menjangkau layanan museum secara langsung," kata Nuralam.
Baca juga: Museum di NTB kumandangkan konsep museum hidup ke Asia Tenggara
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa program museum masuk sekolah merupakan salah satu inisiatif Museum NTB untuk membangun dialog dengan generasi muda mengenai sejarah, budaya, dan permuseuman.
"Generasi muda dipilih dalam program museum masuk sekolah karena mereka gampang merekam pengalaman yang luar biasa melalui memori otak mereka. Ketika nanti mereka menjadi dewasa atau pemimpin, maka interaksi-interaksi kebudayaan bisa menjadi bahan pertimbangan saat mengambil suatu keputusan," ujarnya.
Kegiatan menyapa siswa melalui program museum masuk sekolah dilaksanakan selama tiga kali dalam satu tahun. Sekolah-sekolah yang mendapat kunjungan langsung dari Museum NTB tidak hanya di Pulau Lombok, tetapi juga dilaksanakan di Pulau Sumbawa.
Baca juga: Membuka koridor diplomasi antar-negara lewat kuliner
Nuralam mengungkapkan pihaknya membutuhkan waktu tempuh selama 20 jam dari Kota Mataram menuju SDN 24 Pekat di Kabupaten Dompu pada 26 Mei 2025.
"Kami datang bukan hanya berimbas kepada siswa di lereng Tambora, tetapi juga menjadi pengalaman bagi teman-teman museum bahwa negeri ini begitu luas, yang mengharuskan kita untuk menyapa di daerah-daerah yang terpencil, terluar, dan terisolir," ucapnya.
Program museum masuk sekolah yang dijalankan Museum NTB di Kabupaten Dompu diikuti oleh 61 siswa dari kelas satu hingga kelas enam, serta 11 guru yang sebagian tenaga honorer daerah.
Mayoritas siswa SDN 24 Pekat yang berjumlah hampir 60 persen adalah anak-anak keluarga transmigrasi dari Pulau Lombok, sehingga mereka adalah generasi kedua yang menetap di Desa Pekat dan Calabai.
Baca juga: Museum NTB bakal kedatangan Konsulat Jenderal Australia
Saat kegiatan berlangsung, antusiasme para siswa sudah terasa sejak pagi ketika melihat 17 koleksi yang dibawa oleh petugas Museum NTB ke SDN 24 Pekat.
Salah satu siswa Reza Hariadi tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya saat melihat ragam koleksi kuno museum. Dia mengatakan hal ini merupakan kesempatan langka baginya untuk melihat koleksi-koleksi yang tersimpan di museum.
“Saya senang sekali Museum NTB berkunjung ke sekolah kami, saya jadi bisa melihat koleksi baju zirah dan topi perang bersejarah dari daerah kami yang ada Museum NTB,” ujar siswa kelas 6 tersebut.
Museum masuk sekolah bukan sekadar membawa koleksi ke ruang kelas, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya memelihara ingatan sejarah. Di lereng Tambora, jejak masa lalu tidak hanya hidup dalam buku, tetapi juga dalam napas sehari-hari warganya.
Kepala SDN 24 Pekat Zarniati mengatakan Museum NTB tidak hanya sebagai tempat pelestarian benda-benda bersejarah, tetapi juga ruang edukasi dan pembelajaran bagi generasi muda.
“Kami sangat senang Museum NTB datang ke sekolah kami, sangat bermanfaat untuk siswa-siswi kami. Alhamdulillah, kami jadi banyak mengetahui tentang benda-benda bersejarah di daerah kami terutama Dompu," ujar Zarniati.
Baca juga: Museum NTB kenalkan sejarah lokal ke siswa lereng Gunung RinjaniBaca juga: SMPN 1 Sumbawa wakili NTB ke ajang LCCM Museum tingkat Nasional