Warga akan laporkan pengunjukrasa di Senggigi ke polisi

id Senggigi ,Unjuk Rasa,Mastur

Warga akan laporkan pengunjukrasa di Senggigi ke polisi

Suasana pertemuan antara tokoh masyarakat Desa Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, NTB, dengan manajemen salah satu hotel yang membahas masalah dampak aksi unjuk rasa di kawasan wisata tersebut. (Foto Antaranews NTB/ist)

Kami akan bawa masalah ini ke polisi besok pagi, sekaligus meminta ketegasan aparat penegak hukum. Sebab, kami khawatir kalau ada unjuk rasa lagi bisa berujung bentrok fisik
Mataram (ANTARA) - Warga Desa Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, mengancam akan melaporkan ke polisi para pengunjukrasa yang melarang orang untuk menginap dan beracara di salah satu hotel di kawasan wisata tersebut.

Tokoh Masyarakat Desa Senggigi, H Mastur, di Senggigi, Selasa, mengatakan warga di daerahnya keberatan dengan adanya aksi unjuk rasa karena ada Peraturan Desa tentang Larangan Berunjukrasa.  

"Kami akan melaporkan pihak-pihak yang berunjukrasa berdasarkan peraturan desa tersebut. Kami sudah ada bukti-bukti berupa rekaman video," katanya usai mengadakan pertemuan dengan manajemen salah satu hotel.

Pihaknya keberatan dengan adanya aksi unjuk rasa di depan salah satu hotel bintang dengan tuntutan menolak tamu yang akan memakai fasilitas hotel tersebut. Padahal tamu tersebut belum juga datang dan berencana menggelar acara pada 9 Maret 2019.

Menurut Mastur, akibat dari aksi unjuk rasa tersebut, manajemen hotel merasa khawatir akan mempengaruhi minat wisatawan untuk datang menginap dan beracara di tempatnya. 

"Kami sudah bertemu dengan manajemen hotel dan memberikan dukungan untuk tetap menerima siapa pun tamu yang menginap dan beracara," ujar Mastur diamini warga lainnya Zulkifli Hasan.

Terlepas dari aktivitas politik, kata dia, pihak-pihak tertentu tidak punya kewenangan melarang orang untuk menginap dan beracara di dalam gedung hotel di kawasan wisata Senggigi secara tertutup dan terbatas. 

Pasalnya, setiap tamu tentu membawa uang yang bisa menghidupkan kawasan Senggigi yang lesu selama tujuh bulan sejak gempa bumi pada Agustus 2018 lalu.

Saat ini, kata Mastur, warga Desa Senggigi yang juga menjadi korban gempa bumi masih berjuang keras untuk membangkitkan dunia pariwisata karena menjadi salah satu sumber penghidupan.

"Aksi unjuk rasa tersebut sangat menggangu stabilitas Senggigi yang sudah mau bangkit. Kami berjuang untuk bangkit, tapi justru ada demonstrasi yang diduga dilakukan orang luar, bukan orang Senggigi," kata Mastur yang mengaku kecewa dengan kejadian unjuk rasa tersebut.

Zulkifli Hasan mengatakan warga Desa Senggigi sangat terbuka kepada siapa pun yang datang untuk menginap dan beracara di hotel-hotel, meskipun berkegiatan politik. 

"Sepanjang acaranya di dalam gedung tertutup dan terbatas serta tidak mengganggu ketertiban umum. Tidak masalah, kenapa harus kita tolak. Mereka juga beracara sambil berwisata," tutur Hasan.

Kepala Dusun Senggigi, H Taukhid, juga menegaskan semua masyarakat di desanya sangat keberatan dengan aksi sekelompok orang yang berunjuk rasa di daerahnya. Apalagi diduga bermuatan politis.

"Kami akan bawa masalah ini ke polisi besok pagi, sekaligus meminta ketegasan aparat penegak hukum. Sebab, kami khawatir kalau ada unjuk rasa lagi bisa berujung bentrok fisik," katanya. (*