Mataram (ANTARA) - Suasana Kampung Cipedak Jalan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan tampak berbeda pada Minggu (16/6) petang.
Sebagian Jalan Srengseng Sawah yang terletak di belakang kampus Institut Sains dan Teknologi Nasional itu telah ditutup bagi kendaraan bermotor, Tempat itu diubah menjadi lokasi bazar, lengkap dengan tenda-tenda penjual yang kerap dijumpai di setiap festival.
Kawasan Kampung Cipedak itu tengah menjadi tuan rumah bagi acara Gebyar Festival Budaya Betawi yang digelar mulai 15 hingga 16 Juni 2019. Berbagai penganan dan minuman khas Betawi seperti kerak telor, dodol Betawi, asinan Betawi, bir pletok hingga es selendang mayang tampak dijajakan oleh para penjual di tenda-tenda yang disewakan.
Tidak hanya kuliner lawas khas Betawi, salah satu tenda yang banyak didatangi pengunjung adalah tenda Baim Batavia yang menjual pakaian khas Betawi lengkap dengan aksesorinya.
Dari balik tumpukan barang dagangan, sang penjual Tong Ama sibuk melayani pembeli yang berdatangan, Tak sedikit dari mereka yang menawar harga yang telah dipatok Tong Ama.
"Pecinya 30 (Rp30 ribu), ya?" kata salah seorang pembeli yang hendak membeli peci merah berbahan beledu.
Sang penjual tetap bertahan pada harga yang telah ditentukannya.
Setelah tawar-menawar selama beberapa menit, pembeli tersebut menyerah, kemudian membeli peci dengan harga Rp35 rbu.
Tong Ama merupakan salah satu penjual baju khas Betawi di acara Gebyar Festival Budaya Betawi Cipedak 09 di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Di sela-sela berjualan, pria yang kerap disapa Mang Entong itu menceritakan kisah awal mula berdagang.
Sekitar 2 tahun yang lalu mulai dengan membuat pajangan ondel-ondel mini, lalu dijual. Dari situ, mulai menghasilkan keuntungan dan uangnya diputar lagi. Sampai sekarang, menurut Mang Entong, bisa jadi modal jualan baju.
Baju khas Betawi yang dia jual adalah model baju pangsi lengkap serta asesoris pelengkap seperti peci, sarung untuk dikalungkan di leher, dan juga sabuk berwarna hijau.
Berjualan baju dan pernak-pernik yang sarat akan budaya Betawi bukan sebuah kebetulan. Saat hendak memulai usaha, Tong Ama sengaja memilih untuk berjualan barang-barang yang dekat dengan kebudayaannya sendiri.
"Saya sendiri orang Betawi, nenek moyang saya orang Betawi. Mau jualan apalagi yang ngepassama saya," katanya.
Tong Ama mengaku ingin melestarikan budaya Betawi melalui barang-barang yang dia jual, terutama di tengah merebaknya modernisasi di Ibu Kota.
Niatnya untuk menonjolkan identitas Betawi yang dia anggap belum terlalu dipahami oleh masyarakat Jakarta. Dia pun berjualan dan mengikuti festival-festival kebudayaan Betawi.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56