Oleh Masnun
Mataram, (ANTARA) - Potensi sumberdaya keluatan dan perikanan di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang cukup besar belum mampu meningkatkan konsumsi ikan di daerah ini, terbukti hingga tahun 2008 baru mencapai 24,60 kilogram per kapita per tahun, masih rendah dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yang mencapai 26 kg per kapita per tahun.
Bahkan jauh lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi ikan di negara tetangga, seperti Thailand mencapai 35 kg per kapita per tahun, Malaysia 45 kg per kapita per tahun, Singapura 60 kg per kapita per tahun, Korea Selatan 85 kg per kapita per tahun dan Jepang telah mencapai 110 kg per kapita per tahun.
{jpg*2}
Relatif rendahnya konsumsi ikan masyarakat di NTB merupakan salah satu penyebab indeks pembangunan manusia (IPM) daerah ini masih berada di papan bawah, yakni pada peringkat 32 dari 33 provinsi di Indonesia.
"Hal ini sangat memprihatikan. Mestinya sebagai salah satu lumbung Ikan nasional tingkat konsumsi ikan di Bumi Gora (NTB) seharusnya tingkat konsumsi ikan NTB lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, H Moh Ali Syadan.
Rendahnya tidangkat konsumsi ikan NTB disebabkan berbagai faktor, antara lain pemahaman masyarakat tentang nilai gizi dan manfaat yang terkandung dalam ikan relatif kurang, sebagian besar penduduk di daerah ini belum memahami bahwa ikan mengandung ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam nutrisi yang baik.
"Rendahnya tingkat konsumsi ikan di NTB juga terkait sosial budaya, masih ada warga masyarakat yang menganggap bahwa banyak makan ikan bisa menyebabkan cacingan terutama pada anak-anak dan ibu yang menyusui juga tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi ikan karena akan mengakibatkan air susu ibu (ASI) amis, ini pendapat yang keliru," katanya.
Persoalan lain yang menyebabkan rendahnya tingkat konsumsi ikan di NTB adalah kurang meratanya suplai ikan di beberapa wilayah di daerah ini, di wilayah pedesaan yang jauh dari pasar mengalami kesulitan mendapatkan ikan segar, mereka merasa cukup puas makan dengan lauk 'bajo' atau 'peje' (ikan kering yang rasanya sangat asin).
Terbatasnya teknologi pengolahan dan distribusi ikan serta kurangnya keanekaragaman olahan ikan juga menjadi penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat di daerah ini.
"Teknologi pengolahan ikan di NTB masih relatif terbatas, seperti pindang (ikan awetan) dengan kadar garam rendah), bajo dan peje, ini mengakibatkan pilihan masyarakat terhadap olehan ikan terbatas," kata Ali.
{jpg*3}
Berbagai terobosan
Karena itu Dinas Perikanan dan Kelautan NTB melakukan berbagai terobosan, antara lain terus menyosialisasikan keuntungan mengkonsumsi ikan dan melaksanakan program Gerakan Masyarakat Makan Ikan (Gamarikan) serta pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan).
Selain itu Dinas Kelautan dan Perikanan NTB juga telah meluncurkan program unggulan "Fish for School" atau ikan untuk sekolah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak sekolah tentang budidaya ikan air tawar.
"Fish for School" merupakan program unggulan dalam rangka meningkatkan konsumsi ikan yang disinergikan dengan program nasional gerakan masyarakat makan ikan (Gemarikan).
Selain itu untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi anak-anak sekolah tentang budi daya air tawar, meningkatkan ketersediaan ikan yang mudah, berkualitas dan terjangkau dan memberikan pemahaman tentang manfaat dan gizi dari mengkonsumsi ikan.
Tujuan lainnya adalah untuk mempromosikan ikan sebagai protein hewani yang aman, menyehatkan dan mencerdaskan dan meningkatkan konsumsi ikan masyarakat NTB minimal menjadi 30 kilogram perkapita pertahun hingga 2013.
"Program unggulan Fish for School dilaksanakan mulai tahun 2009 hingga 2013 dan telah diluncurkan di Kabupaten Dompu bersinergi dengan program 'life skill' Dinas Pendidikan dan Olahraga, Kantor Wilayah Departemen Agama dan Forum Kerjasama Pondok Pesantren se-NTB.
{jpg*4}
Program unggulan ini merupakan salah satu bagian dari program ketahanan pangan bidang perikanan dan kelautan yang dititikberatkan pada upaya peningkatan konsumsi ikan bagi anak-anak usia sekolah serta tercapainya pemenuhan gizi masyarakat yang diharapkan dapat mendongkrak peningkatan IPM NTB.
Menurut Ali sasaran dari program tersebut anak-anak sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (STK) Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah(MA) dan Pondok Pesantren di kabupaten/kota se-NTB.
"Sasaran jangka panjang terwujudnya peningkatan konsumsi ikan masyarakat NTB, sehingga tingkat konsumsi ikan memenuhi standar organisasi PBB untuk urusan pangan dan pertanian (FAO) sebanyak 30 kiologram perkapita pertahun dan diharapkan menghasilkan sumer daya manusia yang sehat, kuat dan cerdas, sehingga bisa meningkatkan IPM NTB sejajar dengan provinsi lain," ujarnya.
Ia mengatakan inisiasi Fish for School ini sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dengan memberikan bantuan benih ikan untuk sekolah di empat kabupaten/kota di NTB, yakni Kota Bima, Kabuoaten Sumbawa, Lombok Tengah dan Kota Mataram sebanyak 100.000 ekor dan inisiasi bantuan ikan untuk di Kota Mataram tahun 2009 sebanyak 50.000 ekor.
Pelaksanaan Fish for School tahun 2009 dibiayai dengan dana APBD Provinsi NTB Dinas Perikanan dan Kelautan berupa bantuan benih ikan dan pakan untuk sekolah, yakni berupa 200.000 ekor benih ikan dan 10 ton pakan untuk 200 sekolah di kabupaten/kota se NTB.
Proyeksi konsumsi ikan NTB tahun 2010 sebanyak 121,3 juta kilogram dari 4,42 juta jiwa penduduk atau sebanyak 27 kilogram per kapita per tahun, sedangkan tahun 2009 diharapkan bisa mencapai 26 kg per kapita per tahun dengan proyeksi konsumsi ikan seluruh NTB sebanyak 115.068.642 kg dan pada tahun 2013 diproyeksikan meningkat menjadi 30 kg per kapita per tahun dengan total konsumsi ikan sebanyak 140.779.890 kg.
Ikan menu utama
Dalam kaitan itu Gubernur NTB, TGH Zainul Majdi mengharapkan, beberapa restoran dan Rumah Makan (RM) yang ada di daerah ini bisa menjadikan ikan sebagai menu utama. Ikan akan bisa menjadi wisata kuliner khas NTB untuk menggairahkan para wisatawan, dengan demikian selain dikenal dengan makanan khas Ayam Taliwang dan pelecing, tapi juga ikan dengan berbagai sajian.
Dengan mengkonsumsi ikan akan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak-anak. Orangtua di NTB hendaknya menjadikan ikan sebagai lauk dan membiasakan memberikan menu ikan kepada anak- anaknya.
Menurut para ahli gizi, ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung asam lemak tak jenuh (omega-3, Eicosapentaenoic acid /EPA, Docosahexanoic acid /DHA), yodium, selenium, flourida, zat besi, magnesium, zink, taurin, coenzyme Q10.
Ikan adalah salah satu sumber co-enzym Q10 yang sangat baik dan berfungsi sebagai antioksidan, konsentrasi co-enzym menurun pada beberapa penyakit termasuk penyakit degenerasi otot dan carcinomas hati. Walaupun co-enzyme Q10 dapat dibangun dalam tubuh, namun asupan dari makanan masih sangat diperlukan.
Kandungan omega-3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lain seperti daging sapi dan ayam, tubuh manusia dapat membentuk beberapa tipe asam lemak, namun demikian asupan asam lemak essensial khususnya asam lemak tak jenuh omega-3 dan omega-6 masih diperlukan. Sumber utama omega-3 adalah seafood terutama ikan dan tanaman seperti kacang kedelai, kanola, biji rami.
{jpg*5}
Sedangkan sumber utama omega-6 juga ditemukan dalam semua jenis seafood seperti Crustacea, mulusca, ikan dan tanaman seperti bunga matahari, jagung dan kedele. Konsumsi makanan yang berasal dari tanaman yang mengandung omega-6 menyebabkan rasio omega-3 dengan omega-6 menjadi rendah karena kandungan omega-3 pada tanaman jauh lebih rendah dibanding makanan dari ikan.
Konsumsi ikan secara teratur memegang peranan penting dalam memenuhi rasio omega-3 dan omega-6, untuk pencegahan terhadap kekurangan asam lemak esensial, ahli nutrisi menyarankan manusia harus mengkonsumsi tidak kurang dari 2,4 persen dari total asupan omega-6 dan 0,5-1,0 persen dari total asupan omega-3. (*)
KETERANGAN FOTO:
Foto 3: Pelincuran program unggulan Fish For School atau ikan untuk sekolah di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang digelar di Kabupaten Dompu. Bupati Dompu Syifurrahman Salman memberikan sambutan pada acara Fish For School.
Foto 4: Penyerahan ikan secara simbolis kepada siswa SMA dalam rangka peluncuran program unggulan Fish For School.