DUBES TUNISIA SAKSIKAN "BAU NYALE" DI LOMBOK

id

Mataram, 5/3 (ANTARA) - Duta Besar Tunisia Faysal Gouia, dijadwalkan menyaksikan kegiatan "Bau Nyale" atau menangkap cacing laut yang dipusatkan di pantai Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan dibuka gubernur NTB pada Jumat malam.

"Dubes Tunisia ingin melihat tradisi "Bau Nyale", karena baru pertama kali ini dubes berkunjung ke Pulau Lombok dan kebetulan bertepatan dengan puncak pelaksanaan tradisi warga selatan Pulau Lombok itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Lalu Gita Aryadi.

Aryadi berharap kepada Dubes Tunisia bisa membantu mempromosikan berbagai potensi wisata di NTB, termasuk "Bau Nyale", sehingga warga Tunisia berminat mengunjungi Pulau Lombok.

"Manfaat kunjungan Dubes ini cukup besar bagi kemajuan pariwisata NTB, terlebih kita sudah mencanangkan mendatangkan satu juta wisatawan melalui program "Visit Lombok Sumbawa 2012," katanya.

Menurut dia, tradisi "Bau Nyale" yang biasanya dihadiri ribuan warga Pulau Lombok merupakan tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Tradisi itu didasarkan pada penghitungan penanggalan menurut tahun Sasak.

Setiap tahun "Nyale" atau sejenis cacing laut anelida (polycaetae) yang muncul sekali dalam setahun di pantai selatan Pulau Lombok, ditangkap pada tanggal 19 dan 20 bulan kesepuluh dan kesebelas.

Awal tahun Sasak ditandai dengan terbit bintang "Rowot", sementara menurut penghitungan suku Sasak bulan kesatu dimulai pada 25 Mei dan umur setiap bulan dihitung 30 hari.

"Jika dibandingkan dengan tahun Masehi, perbedaan siklusnya berbeda sedikit atau bulan kesepuluh dan kesebelas itu berkisar antara Februari atau Maret," katanya.

Sejauh ini, kata dia, tradisi "Bau Nyale" dilaksanakan di empat titik yakni Pantai Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat, Pantai Tampak, Kecamatan Pujut, Pantai Mawun, Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, dan Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut.

"Nyale" yang hendak ditangkap itu diyakini merupakan jelmaan dari Putri Mandalika yang pada ratusan tahun lalu memilih menceburkan diri ke Laut Selatan Pulau Lombok ketika kesulitan memilih satu dari tiga pangeran yang sangat ingin mempersuntingnya.

Konon saat menceburkan diri, Putri Mandalika berubah menjadi "Nyale" yang kemudian diasumsikan masyarakat di sekitar pantai selatan itu kalau Puteri Mandalika berubah menjadi "nyale" agar berguna bagi banyak orang, daripada menjadi objek perebutan ketiga pangeran tersebut.(*)