BBPOM SEGERA LAKUKAN UJI SAMPEL MAINAN ANAK

id

          Mataram, 9/3 (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) segera melakukan uji sampel terhadap produk mainan anak-anak karena diduga mengandung bahan berbahaya.

         Kepala BBPOM Mataram, Hj. Sri Utami Ekaningtyas, di Mataram, Selasa, mengatakan, langkah tersebut sebagai bentuk pengawasan terhadap peredaran produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan.

         "Kita segera melakukan uji sampel terhadap produk mainan anak-anak karena ada dugaan beberapa jenis mainan anak-anak terutama yang berwarna mencolok seperti warna merah mengandung Rhodamin B," kata dia.

         Ia menjelaskan, Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas dan dilarang digunakan sebagai pewarna pangan.     

    Rhodamin B sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit mata dan saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati.

         "Penyalahgunaan Rhodamin B untuk pewarna pangan telah ditemukan untuk berapa jenis pangan. Pangan tersebut antara lain adalah kerupuk, terasi, dan pangan jajanan yang berwarna merah. Dan sekarang marak juga di jenis mainan anak balita," ujarnya.

         Ia mengatakan, upaya pengambilan uji sampel terhadap produk mainan anak-anak tersebut dilatarbelakangi adanya sejumlah siswa sekolah dasar muntah-muntah dan diare karena keracunan bahan kimia.

         Bahan kimia itu terdapat pada mainan anak-anak yang berasal dari China yang terjadi di Singapura beberapa waktu lalu.

         Menurut dia, anak-anak sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Salah satu penyebabnya adalah mainan yang diduga mengandung bahan berbahaya seperti Melamin, Rhodamin B dan Formalin.

         "Memang mainan yang diduga mengandung zat berbahaya itu tidak dikonsumsi langsung tetapi anak-anak memegang dan kadang menghisap mainan itu," kata dia.

         Di saat bersamaan, lanjut dia, mereka mengkonsumsi makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Itu yang bisa memicu terjadinya transformasi zat kimia ke sistem pencernaan.

         Pada 2007 lalu, kata Ekaningtyas, pihaknya telah melakukan uji sampel terhadap produk mainan anak-anak.

         Dari hasil uji sampel terdapat 10 jenis mainan anak-anak yang berwarna mencolok positif mengandung Rhodamin B dan 16 jenis peralatan makanan mengandung melamin.

         Ia menduga peralatan makanan terutama yang mengandung melamin yang tidak sesuai standar banyak beredar di pasaran dan diduga dipasok oleh para pedagang yang tidak berizin.

         "Peralatan makanan yang mengandung melamin berbahaya bagi kesehatan apabila dipakai untuk makanan atau minuman yang suhunya masih panas karena kandungan kimianya bisa mencair, sehingga bisa tercampur dalam makanan atau minuman," ujarnya.

         Ekaningtyas mengatakan, pihaknya akan berupaya menjalin koordinasi yang kuat dengan instansi terkait untuk melindungi masyarakat dari bahaya produk-produk yang diduga mengandung bahan berbahaya terutama setelah diberlakukannya perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan China.

         "Menteri Perdagangan juga sudah mengeluarkan aturan khusus terhadap impor lima komoditi yakni makanan, tekstil, elektronik, alas kaki dan sepatu serta mainan anak. Langkah itu saya rasa tepat sekali untuk melindugi konsumen dari produk-produk yang tidak jelas," ujarnya.(*)