Asupan susu kental manis menjadi pemicu kekerdilan dan gizi buruk

id asupan gizi

Asupan susu kental manis menjadi pemicu kekerdilan dan gizi buruk

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia Arif Hidayat (tengah) memberi keterangan terkait balita yang diduga alami stunting akibat mengkonsumsi asuman susu kental manis di Kendari, Jumat (31/1/2020).

Kendari (ANTARA) - Asupan susu kental manis (SKM) kepada Balita, dinilai menjadi pemicu penyebab kekerdilan (stunting) dan gizi buruk karena sesungguhnya adalah toping atau penambah rasa pada makanan dan pencampur minuman yang banyak mengandung gula.

"Sesuai hasil survey yang kami lakukan, salah satu penyebab tingginya penggunaan susu kental manis kepada balita, akibat faktor ekonomi rumah tangga,” kata Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia Arif Hidayat, di Kendari Jumat.

Selain itu, menurut Arif, pengaruh iklan susu kental manis di media massa selama bertahun-tahun yang dicitrakan sebagai minuman bergizi untuk keluarga, juga menjadi faktor utama.

“Saat ini masyarakat terus diedukasi untuk tidak memberikan asupan susu kental manis kepada balita sebagai minuman,” ujarnya.

Pada Februari 2018 lalu, di kota kendari ditemukan dua kasus gizi buruk balita akibat mengkonsumsi susu kaleng atau susu kental manis selama berbulan-bulan, satu diantaranya meninggal dunia setelah dua minggu menjalani perawatan di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.

“Selain berat badan yang jauh dari normal, ciri-ciri bayi gizi buruk akibat mengkonsumsi susu kental manis, yakni kondisi tubuh lemas dan kulit bayi terlihat seperti luka bakar,” kata Arif Hidayat.

Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia bersama Balai POM dan Dinas Kesehatan memberi penyuluhan mengenai bahaya konsumsi susu kental manis kepada balita sebagai minuman. Hal itu sebagai komitmen menciptakan generasi emas 2045 mendatang.*