Visi pendidikan Pak Harto, kunci kemajuan bangsa

id Supersemar,Mahfud MD,Menko Polhukam

Visi pendidikan Pak Harto, kunci kemajuan bangsa

Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD menyampaikan "keynote speech" pada Forum Komunikasi dan Koordinasi Keormasan dengan tema "Meningkatkan peran KMA-PBS dalam mewujudkan SDM unggul, Indonesia maju" di Jakarta, Selasa, 10/3/2020 (Foto: Istimewa)

Mataram (ANTARA) - Pakar Hukum Tata Negara Prof Dr Mohammad Mahfud MD selaku salah satu alumni penerima Beasiswa Supersemar menilai, idealisme dan visi pendidikan Pak Harto (Presiden ke-2 RI, Soeharto) adalah kunci kemajuan bangsa. 
       
“Dengan idealisme dan visinya yang jauh ke depan tentang pendidikan sebagai salah satu kunci kemajuan bangsa, Pak Harto mendirikan Yayasan Supersemar,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang kini menjabat sebagai Menko Polhukam RI itu di Jakarta, Selasa.
       
Menko Polhukam mengemukakan keterangan tersebut ketika menyampaikan “keynote Speech” pada Forum Komunikasi dan Koordinasi Keormasan yang digelar oleh Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS).  
       
Acara itu juga dihadiri oleh beberapa tokoh nasional, antara lain Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar MA PhD, Ketua Yayasan Supersemar Subagyo SH, dan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Prof Dr Haryono Suyono.     
       
Tokoh lain yang hadir yaitu Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Dr A Yani Basuki, Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri Kemenko Polhukam Mayjen TNI Wawan Kustiawan, Ketua Umum Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, dan Ketua Umum KMA-PBS Ir HM Suaib Didu MM.
       
Acara itu dirangkai dengan pelantikan Pengurus KMA-PBS periode 2019-2023 dan Seminar Kebangsaan dengan menampilkan narasumber Dekan Fakuktas Peternakan UGM Prof Dr Ir Ali Agus dan pakar agribisnis yang juga Direktur PT Swen Inovasi Transfer Dr Sri Wahyuni MP, dengan moderator wartawan senior Aat Surya Safaat.
       
Prof Mahfud menjelaskan, Yayasan Supersemar telah melahirkan ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang terdidik di Indonesia sehingga memberi kontribusi besar bagi pembangunan Indonesia.
       
Dikatakannya, sebagian besar rektor perguruan tinggi negeri adalah alumni penerima Beasiswa Supersemar, selain banyak pula tokoh nasional yang pada masa lalunya menerima beasiswa tersebut. 
       
“Saya sendiri bangga, sebagai orang kampung di Madura bisa menjadi professor. Tidak lain, ini berkat adanya Beasiswa Supersemar,” ujarnya.
       
Prof Mahfud menceritakan, orang tuanya adalah orang desa yang lahir tahun 1920 saat Indonesia dijajah oleh Belanda dan hanya lulus sekolah rakyat lima  tahun. Saat Indonesia merdeka, ayahnya kemudian diangkat menjadi pegawai negeri sipil di kantor pemerintah daerah. 
       
“Tapi saya disekolahkan dengan segala perjuangan mencari biaya dalam keadaan keluarga hidup pas-pasan. Selain dikirim ke sekolah negeri, saya juga dikirim ke madrasah dan ke pondok pesantren,” katanya. 
       
Pada 1975 ia masuk ke sekolah unggulan milik Departemen Agama, yakni Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), setingkat SMA di Yogyakarta. Setelah itu melanjutkan ke Program S1 di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) dan Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM Jurusan Sastra Arab. 
      
Mengingat orang tuanya tidak berkecukupan, namun prestasi studinya terhitung bagus, Mahfud berusaha keras mencari beasiswa. Saat belajar di program S1, Mahfud mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar.  
       
Ketika belajar S2 di UGM, ia juga mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar untuk keperluan penelitian. Selanjutnya, ketika mengambil program doktor di UGM, ia kembali mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar. 
       
Prof Mahmud lebih lanjut menyatakan, ke depan perlu ada yayasan yang memberikan beasiswa seperti Yayasan Supersemar yang  telah banyak mencetak anak-anak bangsa yang berkualitas.
       
"Saya mendambakan bahwa nanti kita punya yayasan beasiswa seperti Yayasan Supersemar. Sebagai ahli warisnya, kita sekurang-kurangnya bisa mengembalikan jasa Yayasan Supersemar kepada bangsa dan negara sambil berusaha membentuk wadah yang hebat seperti Yayasan Supersemar di masa lalu," ujarnya.
       
Terkait Seminar Kebangsaan, salah satu kesimpulannya adalah bahwa KMA-PBS perlu menciptakan desa-desa percontohan di bidang agribisnis, terutama yang menyangkut usaha pertanian dan peternakan, karena Ormas tersebut mempunyai banyak pakar dan praktisi di kedua bidang usaha itu.