Gugus Tugas mengembangkan sistem "Bersama Lawan COVID"

id Bersama Lawan COVID,sistem bersama lawan covid-19,pandemi COVID-19

Gugus Tugas mengembangkan sistem "Bersama Lawan COVID"

Pakar Informatika Penyakit Menular dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dr Dewi Nur Aisyah, MSc DIC dalam konferensi pers daring di Jakarta, Sabtu (30/5/2020) ANTARA/Indriani

Jakarta (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengembangkan sistem bernama "Bersama Lawan COVID" bertujuan mempercepat pelaporan data dari daerah hingga pusat.

"Yang kedua untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko maupun daerah rawan yang ada di sekitarnya," ujar Pakar Informatika Penyakit Menular dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dr Dewi Nur Aisyah, MSc DIC dalam konferensi pers daring di Jakarta, Sabtu.

Dia menambahkan secara umum terdapat tujuh modul utama dalam sistem tersebut yakni identifikasi kasus, manajemen kasus, konfirmasi kasus, skrining masif, mobilitas penduduk, manajemen logistik, dan mobile apps Bersatu Lawan COVID.

"Oleh sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa Bersatu Lawan COVID merupakan sebuah sistem, muara dari segala data atau integrator. Hingga hari ini, sistem ini telah mencatat sekitar 39.342 data penyelidikan epidemologi, pasien positif, ODP, PDP, kontak erat, perilaku perjalanan yang diperoleh dari rumah sakit, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan," terang dia.

Sistem tersebut juga terintegrasi dengan sistem RS online dibawah koordinasi Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes. Untuk konfirmasi kasus, sistem tersebut telah koordinasi dengan data Litbangkes Kemenkes.

Untuk data logistik terdiri dari data gudang, logistik rumah sakit dan laboratorium, dan ketersediaan dan distribusi. Data mobilitas penduduk terintegrasi dengan aplikasi, Telkom, dan aplikasi Peduli Lindungi.

"Sistem ini merupakan hasil kolaborasi dan koordinasi dengan sejumlah komponen di gugus tugas," tambah dia.

Dia menambahkan dengan data terintegrasi tersebut pemerintah dapat mengeluarkan peta kerawanan berdasarkan jumlah dari pasien ODP, PDP, dan lainnya.

Gugus Tugas juga melakukan pemeringkatan dan pemberian bobot berdasarkan 11 indikator yang disampaikan WHO terkait kembali beraktivitas seperti semula, maupun menjadi landasan suatu wilayah memiliki risiko kenaikan kasus atau tidak.

"Di sini kita bisa melihat data-data yang masuk dari Kemenkes, kita olah datanya, kita bersihkan, lalu dianalisis kapan puncak kasus terjadi dan kapan turun. Target penurunan 50 persen. Dari sini kita lihat terjadi penurunan kurang lebih 40 persen," terang dia.

Selain itu juga bisa melihat kenaikan kesembuhan yang ada di suatu daerah. Begitu juga dengan orang yang dirawat di RS. Semakin turun maka menujukkan kesiapan suatu daerah.

Dia menambahkan dengan indikator tersebut terdapat 102 kabupaten/kota yang tidak atau belum terdampak COVID-19. Daerah tersebut ditunjukkan dengan warna hijau.

Kemudian terdapat sebanyak 85 kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi atau berwarna merah. Sebanyak 180 kabupaten/kota dengan risiko sedang atau berwarna oranye, dan 139 kabupaten/kota dengan risiko rendah atau kuning.