Yangon (ANTARA) - Ribuan orang turun di jalan-jalan pada hari kedua di kota terbesar Myanmar pada Minggu untuk memprotes penggulingan kekuasaan sipil dan penahanan oleh junta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pekan lalu.
Para pengunjuk rasa di Yangon membawa balon-balon merah "warna yang mewakili Liga Nasional Suu Kyi untuk Partai Demokrasi (NLD)" dan meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi! "
Menjelang tengah hari, sekitar 100 orang juga berkumpul di kota pesisir Mawlamine di tenggara dan mahasiswa serta dokter berkumpul di kota Mandalay.
Kudeta militer di Myanmar itu dikecam para pemimpin dunia juga Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres. Mereka mendesak pemimpin militer Myanmar melepaskan kekuasaan yang direbutnya dan membebaskan para politisi.
Militer berargumentasi bahwa pemilihan umum yang dimenangkan Aung San Suu Kyi itu berlangsung tidak jujur. Militer juga mendakwa Suu Kyi melakukan tindakan melanggar hukum dengan mengimpor handy talky secara ilegal.
Dalam pidatonya yang menyinggung soal kudeta di Myanmar, Presiden AS Joe Biden antara lain mengatakan tidak pernah diragukan lagi bahwa dalam sistem pemerintahan demokrasi, militer tak boleh membatalkan hasil pemilihan umum.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Pemrotes Myanmar terus tentang militer
Senin, 5 April 2021 13:16
Korban tewas dalam unjuk rasa Myanmar melampaui 500 jiwa
Selasa, 30 Maret 2021 13:22
Lima orang tewas ditembaki pasukan keamanan saat protes di Myanmar
Minggu, 14 Maret 2021 21:39
Tentara Myanmar gunakan taktik tempur melawan protes
Kamis, 11 Maret 2021 9:34
Demonstrans turun ke jalan-jalan Myanmar pasca penggerebekan
Minggu, 7 Maret 2021 15:09
Ratusan pendukung pendeta garis keras Myanmar protes surat penangkapan
Jumat, 31 Mei 2019 15:29
Muhaimin anggap "Kudeta Gus Dur" sebagai isu
Rabu, 6 September 2023 18:50
Inggris dukung upaya diplomatik ECOWAS
Sabtu, 12 Agustus 2023 15:09