Sleman (ANTARA) - Surono, pegawai di Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedang mengikuti upacara rutin tanggal 17, Kamis, ketika jatuh dan "kerasukan" arwah juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan.
Surono yang merupakan juru foto Pemerintah Kabupaten Sleman saat "kerasukan" mengaku sebagai Mbah Maridjan atau Ki Surakso Hargo juru kunci Gunung Merapi.
"Upacara ini rutin diselenggarakan tiap tanggal 17 yang diikuti seluruh PNS di lingkungan Pemkab Sleman," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Kriswanto.
Surono yang saat itu sedang mengabadikan upacara tiba-tiba terjatuh kemudian tubuhnya meronta-ronta, bahkan membenturkan diri ke pohon.
"Upacara baru berlangsung sehingga para peserta kaget, agar tidak mengganggu jalannya upacara, Surono langsung di bawa ke Ops Room yang berada di seberang lapangan," katanya.
Saat berada di Ops Room Surono mengeluarkan suara yang menurut beberapa orang mirip dengan juru kunci Gunung Merapi, ia juga mengaku bernama Mbah Maridjan.
"Yang lebih mengagetkan lagi Surono juga bertingkah aneh mengaku sebagai Mbah Maridjan suaranya juga sangat mirip," kata Kriswanto.
Surono yang mengaku sebagai Mbah Maridjan pun meminta agar diantarkan ke Kinahrejo dan jika tidak ada yang mau mengantar, maka ia ingin berjalan sendiri.
"Surono minta diantar ke Kinahrejo dan mau jalan kaki. Supaya tidak terjadi sesuatu, maka kami turuti dan diantar ke sana sesuai permintaannya," katanya.
Surono yang tengah kesurupan itu pun akhirnya diantar ke Kinahrejo dengan menggunakan dua mobil, satu di antaranya ambulans.
Surono sadarkan diri begitu sampai di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharajo, Kecamatan Cangkringan yang merupakan dusun tempat tinggal Mbah Maridjan sebelum terkena erupsi Gunung Merapi.
Saat tiba di Kinahrejo, Surono langsung menuju masjid Al-Amin yang terletak di sebelah barat rumah Mbah Maridjan. Di tempat tersebut, Surono kemudian meronta, berteriak dan akhirnya sadarkan diri.
"Iki opo? Aku kenopo iki? Aku neng ndi?," kata Surono usai sadarkan diri.
Surono kemudian diberi air putih dan dipapah kembali ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
"Ini hanya kejadian biasa, Mungkin sebelumnya Pak Surono dalam kondisi kurang sehat dan kemudian ada 'sesuatu' yang masuk. Ditambah, ada keinginan atau pikiran dalam diri Surono mengenai Mbah Maridjan dan Dusun Kinahrejo. Tadi saat berada di tempat imam masjid ini, semua langsung kembali seperti semula. Jadi, ini tidak usah diperpanjang," papar Agus Wiyarto, Ketua Banser Bantul yang mendampingi Surono.
Kerabat Mbah Maridjan, Singgih mengaku, kejadian ini bisa ditafsirkan sebagai peringatan Yakni, untuk ziarah ke kuburan Mbah Maridjan.
"Makanya, malam Jumat Legi besok, saya akan `ngirim` atau nyekar ke makam Mbah Maridjan di Dusun Srunen, Desa Glagaharjo, Cangkringan," kata Singgih.
(*)