Sumbawa Barat, NTB, 2/3 (ANTARA) - Industri pariwisata di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, kini lesu menyusul sepinya kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara serta kurang gregetnya promosi yang dilakukan.
Kepala Bagian Pariwisata dan Budaya Dinas Pariwisata Kebudayaan dan ESDM Sumbawa Barat, Amiruddin, di Taliwang, Rabu, mengakui hal itu dan menyatakan bahwa pencanangan Visit Lombok Sumbawa oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Mataram yang diharapkan dapat mendongkrak aktivitas pariwisata, ternyata belum begitu memuaskan.
"Kita akui promosi kita jalan ditempat. Fokus pengembangan masih sebatas sarana belum ke tahap manajemen pengelolaan yang lebih serius," katanya.
Menurut dia, keterbatasan anggaran membuat program pengembangan sarana dan prasarana berjalan lambat. Akibatnya, upaya promosi dan pengembangan serta pengelelolaan sarana yang telah ada pun menjadi terhambat.
Pariwisata dan budaya hanya dialokasikan anggaran sebesar Rp800 juta dalam APBD 2011. Dana itu digunakan untuk berbagai program pembangunan sarana dan sebagian even promosi seperti ‘Scar Reef’ di Pantai Jelenga di Kecamatan Jereweh.
Belum lagi, lanjutnya, sebagian besar dana digunakan untuk belanja pegawai dan mendukung agenda tahunan kebudayaan seperti pagelaran Pekan Apresiasi Budaya (PAB).
" Kami juga terkendala akibat tidak fokusnya prioritas perencanaan daerah terhadap pengembangan pariwisata seperti yang tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Wisata Daerah (RIFDA) 2011. Sebut saja, Danau Lebo'," katanya.
Danau Lebo yang terletak di timur Taliwang diharapkan menjadi pusat pengembangan wisata utama, selain wisata pantai lainnya. Hanya saja, perencanaan penataan danau itu tidak didukung dengan anggaran memadai sehingga penataan Lebo’ dilaksanakan dengan cara sporadis, tergantung anggaran.
Data Dinas Pariwisata Kebudayaan dan ESDM Sumbawa Barat menyebutkan, jumlah kunjungan wisata di Sumbawa Barat merosot. Lebih dari 40 persen wisatawan domestik memilih wisata alternatif keluar daerah, demikian juga kunjungan turis asing yang hanya berkisar 30- 40 orang per bulan.
"Mereka (wisatawan asing) hanya numpang surving atau berselancar saja. Menginap semalam lantas kembali melanjutkan perjalanan. Padahal, sarana akamodasi di wilayah Maluk dan Sekongkang sangat memadai. Tapi, karena fasilitas penunjang informasi dan sarana wisata tidak ada membuat kunjungan mereka tidak menguntungkan bagi daerah," katanya.
Pelaku usaha pariwisata di Sumbawa Barat berharap pemerintah lebih kreatif. Mampu menjalin kerjasama yang baik dengan pelaku wisata serta membuat sistem promosi yang terarah.
Pada dasarnya, sarana dan prasarana wisata Sumbawa Barat cukup memadai seperti menjamurnya hotel dan restauran di wilayah Maluk dan Sekongkang. Wisata pantai, budaya lokal dan fasilitasnya penunjangnya merupakan potensi yang bisa digarap secara maksimal. (*)