Ketergantungan masyarakat NTB terhadap konsumsi beras tinggi

id NTB,Konsumsi Beras Tinggi,Diversifikasi Pangan,Beras,Dinas Ketahanan Pangan NTB

Ketergantungan masyarakat NTB terhadap konsumsi beras tinggi

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Nusa Tenggara Barat (NTB), H Fathul Gani. ANTARA/Nur Imansyah

Mataram (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat berupaya menurunkan tingginya konsumsi dan juga ketergantungan masyarakat di wilayah itu terhadap beras dan karbohidrat melalui diversifikasi pangan.

"Kita mengkampanyekan konsumsi nonberas. Bukan berarti beras tidak baik tapi kita mengurangi," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB, H Fathul Gani di Mataram, Selasa.

Gani mengungkapkan, selama ini indeks konsumsi beras di Provinsi NTB masih tinggi yaitu mencapai 120 kilogram per kapita per tahun. Padahal, secara nasional standarnya itu 90 kilogram per kapita per tahun.

"Artinya ada gap (kesenjangan) yang tinggi. Paling tidak kita harus menekan di bawah 100 kilogram per kapita per tahun," ucapnya.


Untuk itu, pihaknya menargetkan angka konsumsi beras tersebut dapat menurun hingga berada pada posisi 90 kg per kapita per tahun, dari angka saat ini yaitu 120 kilogram per kapita per tahun.

"Caranya dengan apa, kita mengarahkan masyarakat secara perlahan-lahan untuk mengganti makan beras atau nasi dengan nonberas. Apalagi kalangan paruh baya, lansia dan orang dewasa itu sudah harus beralih ke nonberas. Sebab konsumsi terlalu banyak beras kurang baik bagi kesehatan," jelasnya.

Menurut Ketua Kwarda Pramuka NTB ini, untuk menurunkan konsumsi beras tersebut, pihaknya terus berupaya mendorong diversifikasi pangan dari beras ke non beras. Melalui gerakan mengoptimalkan lahan atau pekarangan sebagai lokasi menanam bahan makanan pengganti beras. Contohnya, talas, umbi-umbian, jagung, dan ubi jalar.

"Banyak sekali makanan selain beras seperti jagung, talas, umbi-umbian, sagu sebagai pengganti beras. Apalagi sagu ini kita sedang kembangkan. Ini kita olah sedemikian rupa sehingga cita rasanya tidak kalah dengan produk lain," ucapnya.


Gani menegaskan, program diversifikasi pangan tidak akan menciptakan persaingan penggunaan lahan dengan komoditas padi, jagung dan kedelai. Justru menurutnya, program diversifikasi pangan akan mengoptimalkan lahan pekarangan yang diintegrasikan dalam program Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Selain itu, mantan Kepala Biro Umum Setda Provinsi NTB ini, juga mengajak masyarakat untuk bisa merubah pola pikir bahwa tidak makan dengan beras atau nasi belum namanya makan dan kenyang. Padahal dengan makan selain beras justru tubuh lebih sehat dan vitamin yang diperoleh tubuh lebih daripada memakan beras.

"Kita akan merubah mindset (pola pikir) itu. Karena satu minggu kita tidak konsumsi beras tetap sehat, kita disajikan dengan sayur dan ikan. Ini hanya kebiasaan saja soal makan beras. Jadi kuncinya pada pembiasaan makan beras beralih ke non beras," katanya.