Greysia/Apriyani mengukir sejarah baru bulu tangkis Indonesia

id greysia polii,apriyani rahayu,olimpiade tokyo,bulu tangkis,badminton

Greysia/Apriyani mengukir sejarah baru bulu tangkis Indonesia

Ekspresi ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu usai memenangi pertandingan melawan ganda putri China Due Yue/Li Yin Hui dalam perempatfinal Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Kamis (29/7/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Jakarta (ANTARA) - Bulu tangkis Indonesia mencetak sejarah baru lewat penampilan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang berhasil menyabet tiket ke babak final Olimpiade Tokyo 2020 setelah mengalahkan unggulan keempat asal Korea Selatan Lee Sohee/Shin Seungchan pada Sabtu di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang.

Dalam pertarungan semifinal ajang paling bergengsi sejagad itu, Greysia/Apriyani memetik kemenangan straight game 21-19, 21-17 atas pasangan negeri ginseng tersebut.

Dengan hasil itu, maka untuk pertama kalinya Indonesia memiliki wakil dari sektor ganda putri yang akan tampil di partai final Olimpiade.

Sejak bulu tangkis pertama kali dinobatkan sebagai salah satu cabang olahraga resmi dalam ajang Olimpiade, yaitu pada Olimpiade 1992 di Barcelona, ganda putri Indonesia belum pernah menyumbang medali, bahkan tidak pernah sampai ke babak semifinal.

Pada Olimpiade 1992, Indonesia diwakili oleh Finarsih/Lili Tampi dan Erma Sulistianingsih/Rosiana Tendean. Namun Erma/Rosiana lebih dulu terhenti di babak pertama. Sementara Finarsih/Lili hanya mampu bertarung hingga perempat final setelah disingkirkan pasangan Korea Selatan Gil Young-Ah/Shim Eun-jung.

Setelah itu, pada Olimpiade 1996 yang diselenggarakan di Atlanta, Indonesia kembali mengirimkan dua ganda putri, yaitu Finarsih/Lili Tampi dan Eliza Nathanael/Zelin Resiana.

Tapi kali ini hasilnya berbeda, Finarsih/Lili kandas di babak kedua. Sedangkan Eliza/Zelin finis di perempat final usai menghadapi pasangan China Ge Fei/Gu Jun.

Di Olimpiade Sydney 2000, ganda putri Merah Putih juga belum beruntung. Deyana Lomban/Eliza Nathanael langsung terhenti di babak pertama. Sementara Etty Tantri/Chynthia Tuwankotta takluk di tangan wakil China Ge Fei/Gu Jun di perempat final.

Selanjutnya di Olimpiade Athena 2004, Indonesia hanya mengirim satu ganda putri, yakni Jo Novita/Lita Nurlita, yang kemudian dipaksa bertekuk lutut oleh Yang Wei/Zhang Jiewen asal China pada putaran kedua.

Tak jauh berbeda dengan Olimpiade sebelumnya, satu-satunya ganda putri Indonesia Liliyana Natsir/Vita Marissa juga kandas di babak pertama Olimpiade Beijing 2008. Waktu itu, mereka kembali ditumbangkan pasangan China Yang Wei/Zhang Jiewen.
 


Jatuh bangun Greysia Polii

Ganda putri bulu tangkis Indonesia memiliki harapan baru dengan hadirnya Greysia Polii. Dalam ajang Olimpiade 2012 yang digelar di London, pemain berusia 25 tahun itu dipasangkan dengan Meiliana Jauhari dan masuk dalam grup C bersama Korea Selatan, Australia dan Afrika Selatan.

Namun tak disangka, nasib buruk menimpa tim Garuda yang terpaksa didiskualifikasi bersama dengan tiga wakil dari negara lain karena dugaan pengaturan pertandingan.

Wasit menduga pemeringkat pertama grup A Jung Kyung-eun/Kim Ha-na asal Korea Selatan sengaja bermain tidak maksimal dan cenderung mengalah saat berhadapan dengan runner-up asal China Wang Xiaoli/Yu Yang pada laga terakhir penyisihan grup.

Menurut pengakuan pelatih kepala tim Korea Selatan Sung Han-Kook, hal tersebut sengaja dilakukan karena mereka tidak ingin bertemu dengan sesama wakil Korea Selatan, yaitu Ha Jung-eun/Kim Min-jung, pada babak selanjutnya.

Ha/Kim saat itu juga tengah bertanding melawan Greysia/Meiliana, dan memetik kemenangan rubber game. Namun keduanya diduga terlibat dalam skandal tersebut.

Atas kejadian itu, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memutuskan untuk mendiskualifikasi keempat ganda putri tersebut dari ajang Olimpiade London 2012 dan sekaligus mengubah aturan main.

Jika sebelumnya lawan sudah bisa diketahui sejak penyisihan terakhir, maka kini para pemenang dan runner-up dari tiap-tiap grup akan diundi, sehingga mereka tidak bisa mengetahui siapa yang akan mereka hadapi pada babak selanjutnya.

“Saya yakin banyak atlet yang sudah melalui berbagai macam kesulitan dan mengalami momen-momen tak terlupakan. Bagi saya, Olimpiade London mengajarkan saya untuk tidak pernah menyerah pada impian Anda, dan saya berusaha mempraktekkannya setiap hari,” kata Greysia dikutip dari laman BWF.

Greysia kembali tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kali ini ia berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari.

Langkah mereka cukup mulus. Mereka keluar sebagai juara grup C setelah meraih kemenangan penuh atas tim Malaysia, Inggris dan Hong Kong. Sayang, mereka kemudian dijegal pasangan China Tang Yuanting/Yu Yang pada laga perempat final.

Usai Olimpiade Rio, masalah lain menerpa Greysia pada 2017. Pasangan mainnya, Nitya, mengalami cedera serius pada bagian bahu, sehingga ia terpaksa gantung raket.

Mengetahui kejadian tersebut, Greysia sempat merasa ‘down’ dan ingin memutuskan pensiun. Namun keluarganya dan juga sang pelatih, Eng Hian, meminta agar Greysia terus bermain dan membimbing para pemain muda.

Saat itulah muncul sosok Apriyani Rahayu. Pebulu tangkis belia, berumur 19 tahun, yang tangguh dan bisa memberi Greysia dorongan semangat untuk menciptakan permainan terbaik di lapangan.

Resmi dipasangkan pertama kali pada 2017, Greysia/Apriyani langsung menyabet gelar juara French Open 2017 dan menjadi runner-up Hong Kong Open 2017.

Selain itu, mereka juga menjuarai India Open 2018, Thailand Open 2018, India Open 2019 dan menyabet medali emas SEA Games 2019.

Pada awal 2020, Greysia/Apriyani sempat menjuarai Indonesia Masters dan Spain Masters sebelum seluruh turnamen terpaksa dibatalkan akibat pandemi COVID-19, termasuk Olimpiade Tokyo yang akan mereka ikuti.

Di tengah pandemi, tepatnya pada 23 Desember 2020, Greysia memutuskan untuk melepas masa lajangnya dan mengucap janji suci dengan seorang pria bernama Felix Djimin.

Namun sehari berselang, kehidupan Greysia kembali terguncang pada 24 Desember 2020 kala kakak laki-lakinya, Rickettsia Polii, meninggal dunia.

Bagi Greysia, sosok Rickettsia seperti seorang ayah. Terlebih, Greysia sudah menjadi anak yatim sejak masih berumur dua tahun sepeninggal ayahnya.

Greysia lagi-lagi merasa ‘down’. Namun kali ini situasinya sudah berbeda, ia memiliki suami dan juga Apriyani yang dengan sigap memeluknya erat-erat serta menyemangatinya. Pelan-pelan, Greysia pun bangkit.

Memasuki 2021, Greysia/Apriyani mengawali prestasi mereka dengan menyabet gelar juara Thailand Open pada Januari. Setelah itu, mereka fokus dengan persiapan untuk Olimpiade Tokyo yang berlangsung mulai 23 Juli hingga 8 Agustus 2021.

 

Tembus ke final Olimpiade Tokyo

Perjalanan Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo tidaklah mudah. Mereka harus menghadapi lawan-lawan yang tangguh sebelum akhirnya mendarat di partai final pesta olahraga terakbar itu.

Menempati peringkat keenam dunia, Greysia/Apriyani memulai perjalanan mereka di Olimpiade Tokyo dari grup A bersama dengan Malaysia, Inggris dan Jepang.

Pada laga pembuka, Greysia/Apriyani menaklukkan pasangan Malaysia Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean dengan skor 21-14, 21-17.

Kemudian, mereka kembali memetik kemenangan 21-11, 21-13 atas ganda putri Inggris Chloe Birch/Lauren Smith.

Pada laga penyisihan terakhir grup, Greysia/Apriyani menumbangkan wakil tuan rumah sekaligus pasangan nomor satu dunia Yuki Fukushima/Sayaka Hirota lewat drama rubber game 24-22, 13-21, 21-8.

Dengan hasil tersebut, Greysia/Apriyani berhak melanjutkan ke babak perempat final sebagai juara grup A.

Sesuai hasil undian, Greysia/Apriyani kemudian dijadwalkan bertemu pasangan peringkat ketujuh dunia Du Yue/Li Yin Hui asal China.

Pada babak delapan besar itu, Greysia/Apriyani menyingkirkan Du/Li dalam tiga gim dengan perolehan 21-15, 20-22, 21-17 dan melenggang ke semifinal.

Di partai semifinal, Greysia/Apriyani lagi-lagi membuktikan kehebatannya. Mereka membungkam unggulan keempat asal negeri ginseng Lee Sohee/Shin Seungchan dengan kemenangan straight game 21-19, 21-17.

Setelah kemenangan itu, kini mereka tinggal selangkah lagi untuk mewujudkan impian menggenggam medali emas Olimpiade Tokyo 2020.

Akan tetapi, satu tantangan besar harus mereka lewati terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa mewujudkan mimpi tersebut.

Greysia/Apriyani akan memainkan laga final pada Senin (2/8) melawan pasangan nomor dua dunia Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dari China.

Dalam catatan BWF, Greysia/Apriyani tertinggal dengan agregat 3-6 dari sembilan pertemuan mereka dengan pasangan asal negeri tirai bambu tersebut.

Kedua pasangan itu terakhir kali bertemu di turnamen BWF World Tour Finals 2019, yang dimenangkan oleh Chen/Jia 21-17, 10-21, 21-16.

Greysia/Apriyani hanya tinggal menghitung hari menuju laga penentuan tersebut. Segala persiapan telah dilakukan secara maksimal, bahkan jauh sebelum Olimpiade itu dimulai, baik dari segi fisik maupun mental.

Bulu tangkis Indonesia sudah mencatat sejarah baru lewat Greysia/Apriyani sebagai ganda putri pertama yang berhasil menembus hingga babak final Olimpiade.

Namun tentu saja sejarah itu akan lebih manis untuk diingat jika mereka bisa membawa pulang medali emas sebagai kenang-kenangan. Selamat berjuang, Greysia/Apriyani.