Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan sekitar lima hektar tanaman padi petani mengalami puso atau gagal panen karena terdampak bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem yang melanda kota itu pada Minggu (5/12).
''Kerugian petani yang mengalami puso mencapai sekitar Rp100 juta lebih. Dengan asumsi satu hektar produksi rata-rata enam ton dan harga satu ton sekitar Rp4 juta," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat.
Menurutnya, berdasarkan data yang diterima luas lahan pertanian di Mataram yang terdampak cuaca ekstrem sekitar 15 hektare dan rata-rata berada di Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Sekarbela.
"Dari 15 hektare lahan yang terdampak, sekitar lima hektar mengalami puso. Sementara sisanya, terpaksa dipanen dua minggu lebih cepat sehingga produksi cenderung berkurang," katanya.
Mutawalli mengatakan, sebanyak lima hektare tanaman padi petani yang mengalami puso tersebut dimiliki oleh 2-3 kelompok petani, dengan jumlah satu kelompok sekitar 12-15 orang.
Sementara untuk menghindari kerugian petani yang terdampak puso, tim penyuluh sudah melakukan pendampingan untuk klaim Asuransi Usaha Tani Pangan (AUTP) ke Jasindo sesuai dengan ketentuan.
"Kalau tidak salah, dengan membayar Rp36 ribu per hektare per sekali tanam, petani bisa mendapatkan Rp6 juta per hektare ketika gagal panen. Jadi, petani yang terdampak puso tidak rugi," katanya.
Lebih jauh Mutawalli mengatakan, para petani di Kota Mataram memang telah disarankan masuk AUTP untuk menghindari kerugian ketika gagal panen.
Namun dari 313 kelompok petani yang ada di Kota Mataram, masih ada yang belum masuk AUTP. Dengan pertimbangan, areal sawah mereka tidak masuk menjadi daerah rawan bencana genangan dan banjir seperti di bagian utara.
"Kalau petani di bagian selatan, kita wajibkan ikut karena kawasan tersebut menjadi kawasan rawan bencana genangan dan banjir sebab kondisi tanahnya yang relatif cekung dan menurunan," katanya.