Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, HM Nursiah menyatakan volume suara adzan dan shalawat dari pengeras suara (toa) di masjid tidak pernah dipersoalkan, karena merupakan kebanggaan masyarakat Muslim khususnya.
"Kalau di Lombok Tengah, khususnya bagi warga Muslim merupakan kebanggaan, terlebih pulau Lombok dikenal dengan seribu masjid," kata HM Nursiah di Praya, Jumat.
Suara adzan dan shalawat selalu terdengar setiap ada waktu sholat dan kegiatan keagamaan lainnya, dan masyarakat sangat senang ketika ada suara adzan di Masjid. Sehingga tidak pernah dipersoalkan masalah volume toa di masjid, karena warga juga bisa menyesuaikan.
"Setiap ada waktu shalat, pasti ada adzan dan shalawat," katanya.
Kegiatan tersebut tidak hanya ada di Lombok Tengah, melainkan di Pulau Jawa juga pasti sama, setiap ada waktu saolat pasti ada adzan dan shalawat.
"Kalau menurut pemerintah daerah selama ini tidak ada persoalan masalah suara adzan di masjid di Lombok Tengah," katanya.
Disinggung terkait dengan penerapan Surat Edaran (SE) pembatasan volume suara azan oleh Kementerian Agama tersebut, dia mengatakan sampai saat ini belum ada surat resmi yang diterima, namun apabila nanti ada SE itu dari pemerintah pusat, tentu akan dibahas bersama semua tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Apakah peting untuk ditindaklanjuti atau tidak, tergantung dari hasil musyawarah bersama tokoh agama," katanya.
Menurutnya, pelaksanaan SE pembatasan volume adzan di masjid tersebut akan sulit dilaksanakan, karena warga Lombok Tengah tidak pernah mempersoalkan suara adzan tersebut.
"Kita tunggu, kalau itu SE perlu dibahas bersama semua pihak," katanya.
Salah satu petugas Masjid Agung Praya, Ridwan menyayangkan penyataan Menteri Agama karena mencontoh suara adzan itu seperti suara yang saat ini dipersoalkan oleh masyarakat Muslim.
"Itu sangat terlalu, seharusnya tidak perlu dicontohkan, karena suara aszan bagi umat Islam sangatlah penting sebagai penanda waktu shalat lima waktu, baik Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya," katanya.
Suara adzan besar saja, kata dia, tidak banyak yang datang ke masjid, apalagi mau dikecilkan atau dibatasi. "Siapa yang bangunkan warga Shalat Subuh," kata Syukur salah satu warga Lombok Tengah.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas yang membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing dan menuai kecaman dari berbagai kalangan Umat Islam. Video pernyataan YCQ tersebut viral dan beredar luas di kalangan masyarakat.*
Berita Terkait
Penyebar video adzan "hayya alal jihad" ditangkap polisi
Kamis, 3 Desember 2020 18:45
Kagetnya marbot musala di Lotim hendak adzan subuh toa sudah raib, dua pencurinya ditangkap
Sabtu, 15 Agustus 2020 9:56
Warga curiga tak lagi mendengar adzan, garin musala ini ditemukan tewas tergantung
Sabtu, 16 November 2019 5:59
Adzan subuh berkumandang, massa 22 Mei masih bertahan
Kamis, 23 Mei 2019 7:18
Menteri Agama laporkan penerimaan gratifikasi ke KPK
Rabu, 27 November 2024 11:58
KPK dan Kemenag membahas penguatan pendidikan antikorupsi
Rabu, 20 November 2024 5:25
Menag: Perampingan jadikan Kementerian Agama lebih profesional
Senin, 28 Oktober 2024 17:01
Muhammad Syafi'i resmi jadi Wamenag
Selasa, 22 Oktober 2024 9:23